This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selamat Datang Semoga Bermanfaat, Pengelola Web Akan Sangat Senang Bila Anda Berkenan Meninggalkan Jejak Berupa Koment Atas Postingan Kami

Rabu, 29 Juni 2011

Dakwah-MU Menyelamatkan Hamba

Yaa Allah inilah nikmat terbesar yang telah Engkau berikan disamping nikmat Engkau lainnya, 
Hamba memiliki kesempatan melanjutan tugas utama para nabi dan rasul-MU yakni mendakwahkan Agama-MU
Hamba dapat melakukan sebaik-baik amal untuk mendakwahkan agama-MU
Hamba dapat meraih pahala yang teramat besar karena mendakwahkan agama-MU
Hamba dapat melakukan yang begitu berarti bagi perubahan ummat menuju terbentuknya kehidupan Islami dimana aturan-MU ditegakkan dan dijunjung tinggi sebagai Ideologi yang bersumber dari agungnya Aqidah-MU

Hamba yakin dengan semua ini dapat menyelamatkan hamba dari azab-MU saat pertanggungjawaban di akhirat kelak... Amien...

Para Bidadari Ost Mutiara Kebangkitan


I
Ketika negeri diliputi kelam
Karena meraja kezaliman
Manusia lemah semakin berjatuhan
Tanpa daya menghentak himpitan

II
Kala negeri diselimuti hitam
Karena berkuasa kemaksiatan
Manusia senang berlaku liar
Tanpa takut dosa di ingatan

Reff:
Para Bidadari gagah menyibak suram
Mempersembahkan syari’ah bagi peradaban

Sebagai pembebas
Sebagai cahaya

Para Bidadari tampil tegar melawan
Menghantar manusia kembali ke kemuliaan
Sebagai sahabat
Sebagai saudara

Back to II, Reff

Merekalah wanita sholihah pemegang janji …
Syahadah mereka
Merekalah wanita sholihah penjaga panji …
Al-Liwa & Ar Roya

Oleh: Nafiisah FB

Selasa, 28 Juni 2011

IMAM ALI & FATIMAH AZZAHRA


Assalamu’alaykum Wr. Wb

Disadur dari buku :

Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini Penerbit: Lembaga Penyelidikan Islam Jl. Blora 29 Jakarta Oktober 1981

B A B 03 RUMAH TANGGA. SERASI
Lahirnya Sitti Fatimah Azzahra r.a. merupakan rahmat yg dilimpahkan llahi kepada Nabi Muhammad s.a.w. Ia telah menjadi wadah suatu keturunan yg suci. Ia laksana benih yg akan menumbuhkan pohon besar pelanjut keturunan Rasul Allah s.a.w. Ia satu-satunya yg menjadi sumber keturunan paling mulia yg dikenal umat Islam di seluruh dunia. Sitti Fatimah Azzahra r.a. dilahirkan di Makkah pada hari Jumaat 20 Jumadil Akhir kurang lbh lima tahun sebelum bi’tsah.

Sitti Fatimah Azzahra r.a. tumbuh dan berkembang di bawah naungan wahyu Ilahi di tengah kancah pertarungan sengit antara Islam dan Jahiliyah di kala sedang gencar-gencarnya perjuangan para perintis iman melawan penyembah berhala.

Dalam keadaan masih kanak-kanak Sitti Fatimah Azzahra r.a. sudah harus mengalami penderitaan merasakan kehausan dan ke­laparan. Ia berkenalan dgn pahit getirnya perjuangan menegak­kan kebenaran dan keadilan. Lebih dari tiga tahun ia bersama ayah bundanya hidup menderita di dalam Syi’ib akibat pemboikotan orang-orang kafir Qureiys terhadap keluarga Bani Hasyim.

Setelah bebas dari penderitaan jasmaniah selama di Syi’ib da­tang pula pukulan batin atas diri Sitti Fatimah Azzahra r.a. be­rupa wafatnya bunda tercinta Sitti Khadijah r.a. Kabut sedih selalu menutupi kecerahan hidup sehari-hari dgn putusnya sumber kecintaan dan kasih sayang ibu.

Puteri Kesayangan
Rasul Allah s.a.w. sangat mencintai puterinya ini. Sitti Fati­mah Azzahra r.a. adl puteri bungsu yg paling disayang dan di­kasihani junjungan kita Rasul Allah s.a.w. Nabi Muhammad s.a.w. merasa tak ada seorang pun di dunia yg paling berkenan di hati beliau dan yg paling dekat disisinya selain puteri bungsunya itu.
Demikian besar rasa cinta Rasul Allah s.a.w. kepada puteri bungsunya itu dibuktikan dgn hadits yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Menurut hadits tersebut Rasul Allah s.a.w. berkata kepada Imam Ali r.a. demikian:

“Wahai Ali! Sesungguhnya Fatimah adl bagian dari aku. Dia adl cahaya mataku dan buah hatiku. Barang siapa menyusahkan dia ia menyu­sahkan aku dan siapa yg menyenangkan dia ia menyenangkan aku…”
Pernyataan beliau itu bukan sekedar cetusan emosi melain­kan suatu penegasan bagi umatnya bahwa puteri beliau itu meru­pakan lambang keagungan abadi yg ditinggalkan di tengah ummatnya.
Di kala masih kanak-kanak Sitti Fatimah Azzahra r.a. me­nyaksikan sendiri cobaan yg dialami oleh ayah-bundanya baik berupa gangguan-gangguan maupun penganiayaan-penganiayaan yg dilakukan orang-orang kafir Qureiys. Ia hidup di udara Makkah yg penuh dgn debu perlawanan orang-orang kafir ter­hadap keluarga Nubuwaah keluarga yg menjadi pusat iman hi­dayah dan keutamaan. Ia menyaksikan ketangguhan dan ke­tegasan orang-orang mukminin dalam perjuangan gagah berani menanggulangi komplotan-komplotan Qureiys. Suasana perjua­ngan itu membekas sedalam-dalamnya pada jiwa Sitti Fatimah Azzahra r.a. dan memainkan peranan penting dalam pembentukan pribadinya serta mempersiapkan kekuatan mental guna mengha­dapi kesukaran-kesukaran di masa depan.

Setelah ibunya wafat Sitti Fatimah Azzahra r.a. hidup ber­sama ayahandanya. Satu-satunya orang yg paling dicintai. Ialah yg meringankan penderitaan Rasul Allah s.a.w. tatkala ditinggal wafat isteri beliau Sitti Khadijah. Pada satu hari Sitti Fatimah Azzahra r.a. menyaksikan ayahnya pulang dgn ke­pala dan tubuh penuh pasir yg baru saja dilemparkan oleh orang-orang Qureys di saat ayahandanya itu sedang sujud. Dengan hati remuk-redam laksana disayat sembilu Sitti Fatimah r.a. se­gera membersihkan kepala dan tubuh ayahandanya. Kemudian diambilnya air guna mencucinya. Ia menangis tersedu-sedu me­nyaksikan kekejaman orang-orang Qureisy terhadap ayahnya.

Kesedihan hati puterinya itu dirasakan benar oleh Nabi Mu­hammad s.a.w. Guna menguatkan hati puterinya dan meringankan rasa sedihnya maka Nabi Muhammad s.a.w. sambil membelai-be­lai kepala puteri bungsunya itu berkata: “Jangan menangis.. Allah melindungi ayahmu dan akan memenangkannya dari musuh-­musuh agama dan risalah-Nya”(1)

Dengan tutur kata penuh semangat itu Rasul Allah s.a.w. menanamkan daya-juang tinggi ke dalam jiwa Sitti Fatimah r.a. dan sekaligus mengisinya dgn kesabaran ketabahan serta keper­cayaan akan kemenangan akhir. Meskipun orang-orang sesat dan durhaka seperti kafir Qureiys itu senantiasa mengganggu dan melakukan penganiayaan-penganiayaan namun Nabi Muhammad s:a.w. tetap melaksanakan tugas risalahnya.

Pada ketika lain lagi Sitti Fatimah r.a. menyaksikan ayahan­danya pulang dgn tubuh penuh dgn kotoran kulit janin unta yg baru dilahirkan. Yang melemparkan kotoran atau najis ke punggung Rasul Allah s.a.w. itu Uqbah bin Mu’aith Ubaiy bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf. Melihat ayahandanya berlu­muran najis Sitti Fatimah r.a. segera membersihkannya dgn air sambil menangis.

Nabi Muhammad rupanya menganggap perbuatan ketiga kafir Qureiys ini sudah keterlaluan. Karena itulah maka pada wak­tu itu beliau memanjatkan doa kehadirat Allah s.w.t.: “Ya Allah celakakanlah orang-orang Qureiys itu. Ya Allah binasakanlah ‘Uqbah bin Mu’aith. Ya Allah binasakanlah Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf”(2)
Masih banyak lagi pelajaran yg diperoleh Sitti Fatimah dari penderitaan ayahandanya dalam perjuangan menegakkan ke­benaran Allah. Semuanya itu menjadi bekal hidup baginya utk menghadapi masa mendatang yg berat dan penuh cobaan. Ke­hidupan yg serba berat dan keras di kemudian hari memang memerlukan mental gemblengan.

Hijrah ke Madinah
Tepat pada saat orang-orang kafir Qureiys selesai memper­siapkan komplotan terror utk membunuh Rasul Allah s.a.w. Madinah telah siap menerima kedatangan beliau. Nabi Muhammad meninggalkan kota Makkah secara diam-diam di tengah kegelapan malam. Beliau bersama Abu Bakar Ash Shiddiq meninggalkan kampung halaman keluarga tercinta dan sanak famili. Beliau ber­hijrah seperti dahulu pernah juga dilakukan Nabi Ibrahim as. dan Musa a.s.

Di antara orang-orang yg ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w. termasuk puteri kesayangan beliau Sitti Fatimah r.a. dan putera paman beliau yg diasuh dgn kasih sayang sejak kecil yaitu Imam Ali r.a. yg selama ini menjadi pembantu terpercaya beliau.

Imam Ali r.a. sengaja ditinggalkan oleh Nabi Muhammad utk melaksanakan tugas khusus: berbaring di tempat tidur beliau guna mengelabui mata komplotan Qureiys yg siap hen­dak membunuh beliau. Sebelum Imam Ali r.a. melaksanakan tugas tersebut ia dipesan oleh Nabi Muhammad s.a.w. agar barang-­barang amanat yg ada pada beliau dikembalikan kepada pemilik­nya masing-masing. Setelah itu bersama semua anggota keluarga Rasul Allah s.a.w. segera menyusul berhijrah.

Imam Ali r.a. membeli seekor unta utk kendaraan bagi wanita yg akan berangkat hijrah bersama-sama. Rombongan hijrah yg menyusul perjalanan Rasul Allah s.a.w. terdiri dari keluarga Bani Hasyim dan dipimpin sendiri oleh Imam Ali r.a. Di dalam rombongan Imam Ali r.a. ini termasuk Sitti Fatimah r.a. Fatimah binti Asad bin Hasyim Fatimah binti Zubair bin Abdul Mutthalib dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutthalib. Aiman dan Abu Waqid Al Laitsiy ikut ber­gabung dalam rombongan.

Rombongan Imam Ali r.a. berangkat dalam keadaan terburu-­buru. Perjalanan ini tidak dilakukan secara diam-diam. Abu Waqid berjalan cepat-cepat menuntun unta yg dikendarai para wanita agar jangan terkejar oleh orang-orang kafir Qureiys. Mengetahui hal itu Imam Ali r.a. segera memperingatkan Abu Waqid supaya berjalan perlahan-lahan krn semua penumpangnya wanita. Rombongan berjalan melewati padang pasir di bawah sengatan terik matahari.

Imam Ali r.a. sebagai pemimpin rombongan berangkat de­ngan semangat yg tinggi. Beliau siap menghadapi segala ke­mungkinan yg bakal dilakukan orang-orang kafir Qureiys terhadap rombongan. Ia bertekad hendak mematahkan moril dan kecongkakan mereka. Untuk itu ia siap berlawan tiap saat.

Mendengar rombongan Imam Ali r.a. berangkat orang-orang Qureiys sangat penasaran. Lebih-lebih krn rombongan Imam Ali r.a. berani meninggalkan Makkah secara terang-terangan di siang hari. Orang-orang Qureiys menganggap bahwa keberanian Imam Ali r.a. yg semacam itu sebagai tantangan terhadap mereka.
Orang-orang Qureiys cepat-cepat mengirim delapan orang anggota pasukan berkuda utk mengejar Imam Ali r.a. dan rombongan. Pasukan itu ditugaskan menangkapnya hidup-hidup atau mati. Delapan orang Qureiys itu di sebuah tempat bernama Dhajnan berhasil mendekati rombongan Imam Ali r.a.

Setelah Imam Ali r.a. mengetahui datangnya pasukan ber­kuda Qureiys ia segera memerintahkan dua orang lelaki anggota rombongan agar menjauhkan unta dan menambatnya. Ia sendiri kemudian menghampiri para wanita guna membantu menurun­kan mereka dari punggung unta. Seterusnya ia maju seorang diri menghadapi gerombolan Qureisy dgn pedang terhunus. Rupa­nya Imam Ali r.a. hendak berbicara dgn bahasa yg dimenger­ti oleh mereka. Ia tahu benar bagaimana cara menundukkan me­reka.

Melihat Imam Ali r.a. mendekati mereka gerombolan Qu­reiys itu berteriak-teriak menusuk perasaan: “Hai penipu apa­kah kaukira akan dapat menyelamatkan perempuan-perempuan itu? Ayo kembali! Engkau sudah tidak berayah lagi.”

Imam Ali r.a. dgn tenang menanggapi teriakan-teriakan gerombolan Qureiys itu. Ia bertanya: “Kalau aku tidak mau ber­buat itu..?”

“Mau tidak mau engkau harus kembali” sahut gerombolan Qureiys dgn cepat.

Mereka lalu berusaha mendekati unta dan rombongan wa­nita. Imam Ali r.a. menghalangi usaha mereka. Jenah seorang hamba sahaya milik Harb bin Umayyah mencoba hendak me­mukul Imam Ali r.a. dari atas kuda. Akan tetapi belum sem­pat ayunan pedangnya sampai hantaman pedang Imam Ali r.a. telah mendahului tiba di atas bahunya. Tubuhnya terbelah men­jadi dua sehingga pedang Imam Ali r.a. sampai menancap pada punggung kuda. Serangan-balas secepat kilat itu sangat menggetar­kan teman-teman Jenah. Sambil menggeretakkan gigi Imam Ali r.a. berkata: “Lepaskan orang-orang yg hendak berangkat berjuang! Aku tidak akan kembali dan aku tidak akan menyem­bah selain Allah Yang Maha Kuasa!”

Gerombolan Qureiys mundur. Mereka meminta kepada Imam Ali r.a. utk menyarungkan kembali pedangnya. Imam Ali r.a. dgn tegas menjawab: “Aku hendak berangkat menyusul sau­daraku putera pamanku Rasul Allah. Siapa yg ingin kurobek-­robek dagingnya dan kutumpahkan darahnya cobalah maju men­dekati aku!”
Tanpa memberi jawaban lagi gerombolan Qureiys itu se­gera meninggalkan tempat. Kejadian ini mencerminkan watak konfrontasi bersenjata yg bakal datang antara kaum muslimin melawan agresi kafir Qureiys.

Di Dhajnan rombongan Imam Ali r.a. beristirahat semalam. Ketika itu tiba pula Ummu Aiman . Ia menyusul anak­nya yg telah berangkat lbh dahulu bersama Imam Ali r.a. Ber­sama Ummu Aiman turut pula sejumlah orang muslimin yg berangkat hijrah. Keesokan harinya rombongan Imam Ali r.a. be­serta rombongan Ummu Aiman melanjutkan perjalanan. Imam Ali r.a. sudah rindu sekali ingin segera bertemu dgn Rasul Allah s.a.w.
Waktu itu Rasul Allah s.a.w. bersama Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. sudah tiba dekat kota Madinah. Untuk beberapa waktu beliau tinggal di Quba. Beliau menantikan kedatangan rombongan Imam Ali r.a. Kepada Abu Bakar Ash Shiddiq Rasul Allah s.a.w. mem­beritahu bahwa beliau tidak akan memasuki kota Madinah sebelum putera pamannya dan puterinya sendiri datang.

Selama dalam perjalanan itu Imam Ali r.a. tidak berkendara­an sama sekali. Ia berjalan kaki-telanjang menempuh jarak kl 450 km sehingga kakinya pecah-pecah dan membengkak. Akhirnya ti­balah semua anggota rombongan dgn selamat di Quba. Betapa gembiranya Rasul Allah s.a.w. menyambut kedatangan orang-o­rang yg disayanginya itu.

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. melihat Imam Ali r.a. tidak sanggup berjalan lagi krn kakinya membengkak beliau me­rangkul dan memeluknya seraya menangis krn sangat terharu. Beliau kemudian meludah di atas telapak tangan lalu diusapkan pada kaki Imam Ali r.a. Konon sejak saat itu sampai wafatnya Imam Ali r.a. tidak pernah mengeluh krn sakit kaki.(3)

Peristiwa yg sangat mengharukan itu berkesan sekali dalam hati Rasul Allah s.a.w. dan tak terlupakan selama-lamanya. Ber­hubung dgn peristiwa itu turunlah wahyu Ilahi yg memberi penilaian tinggi kepada kaum Muhajirin seperti terdapat dalam Surah Ali ‘Imran:195.

Ijab-Kabul Pernikahan
Sitti Fatimah Azzahra r.a. mencapai puncak keremajaannya dan kecantikannya pada saat risalah yg dibawakan Nabi Muha­mmad s.a.w. sudah maju dgn pesat di Madinah dan sekitarnya. Ketika itu Sitti Fatimah Azzahra r.a. benar-benar telah menjadi remaja puteri.

Keelokan parasnya banyak menarik perhatian. Tidak sedikit pria terhormat yg menggantungkan harapan ingin mempersun­ting puteri Rasul Allah s.a.w. itu. Beberapa orang terkemuka dari kaum Muhajirin dan Anshar telah berusaha melamarnya. Menanggapi lamaran itu Nabi Muhammad s.a.w. mengemukakan bahwa beliau sedang menantikan datangnya petunjuk dari Allah s.w.t. mengenai puterinya itu.

Pada suatu hari Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. Umar Ibnul Kha­tab r.a. dan Sa’ad bin Mu’adz bersama-sama Rasul Allah s.a.w. duduk dalam mesjid beliau. Pada kesempatan itu diperbincangkan antara lain persoalan puteri Rasul Allah s.a.w. Saat itu beliau ber­tanya kepada Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.: “Apakah engkau bersedia menyampaikan persoalan Fatimah itu kepada Ali bin Abi Thalib?”

Abu Bakar Ash Shiddiq menyatakan kesediaanya. Ia beranjak utk menghubungi Imam Ali r.a. Sewaktu Imam Ali r.a. melihat datangnya Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. dgn tergopoh-­gopoh dan terperanjat ia menyambutnya kemudian bertanya: “Anda datang membawa berita apa?”

Setelah duduk beristirahat sejenak Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. segera menjelaskan persoalannya: “Hai Ali engkau ada­lah orang pertama yg beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mempunyai keutamaan lbh dibanding dgn orang lain. Semua sifat utama ada pada dirimu. Demikian pula engkau ada­lah kerabat Rasul Allah s.a.w. Beberapa orang sahabat terkemuka telah menyampaikan lamaran kepada beliau utk dapat mem­persunting puteri beliau. Lamaran itu oleh beliau semuanya di­tolak. Beliau mengemukakan bahwa persoalan puterinya diserah­kan kepada Allah s.w.t. Akan tetapi hai Ali apa sebab hingga se­karang engkau belum pernah menyebut-nyebut puteri beliau itu dan mengapa engkau tidak melamar utk dirimu sendiri? Ku­harap semoga Allah dan Rasul-Nya akan menahan puteri itu un­tukmu.”

Mendengar perkataan Abu Bakar r.a. mata Imam Ali r.a. ber­linang-linang. Menanggapi kata-kata itu Imam Ali r.a. berkata: “Hai Abu Bakar anda telah membuat hatiku goncang yg se­mulanya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yg sudah kulupakan. Demi Allah aku memang menghendaki Fatimah tetapi yg menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah ka­rena aku tidak mempunyai apa-apa.”

Abu Bakar r.a. terharu mendengar jawaban Imam Ali yg memelas itu. Untuk membesarkan dan menguatkan hati Imam Ali r.a. Abu Bakar r.a. berkata: “Hai Ali janganlah engkau ber­kata seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu bertaburan belaka!”

Setelah berlangsung dialog seperlunya Abu Bakar r.a. ber­hasil mendorong keberanian Imam Ali r.a. utk melamar puteri Rasul Allah s.a.w.

Beberapa waktu kemudian Imam Ali r.a. datang menghadap Rasul Allah s.a.w. yg ketika itu sedang berada di tempat ke­diaman Ummu Salmah. Mendengar pintu diketuk orang Ummu Salmah bertanya kepada Rasul Allah s.a.w.: “Siapakah yg me­ngetuk pintu?” Rasul Allah s.a.w. menjawab: “Bangunlah dan bu­kakan pintu baginya. Dia orang yg dicintai Allah dan Rasul-­Nya dan ia pun mencintai Allah dan Rasul-Nya!”
Jawaban Nabi Muhammad s.a.w. itu belum memuaskan Ummu Salmah r.a. Ia bertanya lagi: “Ya tetapi siapakah dia itu?”

“Dia saudaraku orang kesayanganku!” jawab Nabi Mu­hammad s.a.w.

Tercantum dalam banyak riwayat bahwa Ummu Salmah di kemudian hari mengisahkan pengalamannya sendiri mengenai kunjungan Imam Ali r.a. kepada Nabi Muhammad s.a.w. itu: “Aku berdiri cepat-cepat menuju ke pintu sampai kakiku ter­antuk-antuk. Setelah pintu kubuka ternyata orang yg datang itu ialah Ali bin Abi Thalib. Aku lalu kembali ke tempat semula. Ia masuk kemudian mengucapkan salam dan dijawab oleh Rasul Allah s.a.w. Ia dipersilakan duduk di depan beliau. Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala seolah-olah mempunyai maksud tetapi malu hendak mengutarakannya.

Rasul Allah mendahului berkata: “Hai Ali nampaknya eng­kau mempunyai suatu keperluan. Katakanlah apa yg ada dalam fikiranmu. Apa saja yg engkau perlukan akan kauperoleh dariku!”

Mendengar kata-kata Rasul Allah s.a.w. yg demikian itu lahirlah keberanian Ali bin Abi Thalib utk berkata: “Maafkan­lah ya Rasul Allah. Anda tentu ingat bahwa anda telah mengambil aku dari paman anda Abu Thalib dan bibi anda Fatimah binti Asad di kala aku masih kanak-kanak dan belum mengerti apa-apa.

Sesungguhnya Allah telah memberi hidayat kepadaku melalui anda juga. Dan anda ya Rasul Allah adl tempat aku bernaung dan anda jugalah yg menjadi wasilahku di dunia dan akhirat. Setelah Allah membesarkan diriku dan sekarang menjadi dewasa aku ingin berumah tangga; hidup bersama seorang isteri. Sekarang aku datang menghadap utk melamar puteri anda Fatimah. Ya Rasul Allah apakah anda berkenan menyetujui dan menikahkan diriku dgn dia?”

Ummu Salmah melanjutkan kisahnya: “Saat itu kulihat wajah Rasul Allah nampak berseri-seri. Sambil tersenyum beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali apakah engkau mem­punyai suatu bekal maskawin?” .

“Demi Allah” jawab Ali bin Abi Thalib dgn terus terang “Anda sendiri mengetahui bagaimana keadaanku tak ada sesuatu tentang diriku yg tidak anda ketahui. Aku tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi sebilah pedang dan seekor unta.”

“Tentang pedangmu itu” kata Rasul Allah s.a.w. menanggapi jawaban Ali bin Abi Thalib “engkau tetap membutuhkannya utk melanjutkan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu engkau juga butuh utk keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh ka­rena itu aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar maska­win sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari ta­nganmu. Hai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah ‘Azza wa­jalla sebenarnya sudah lbh dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi!” Demikian versi riwa­yat yg diceritakan Ummu Salmah r.a.

Setelah segala-galanya siap dgn perasaan puas dan hati gembira dgn disaksikan oleh para sahabat Rasul Allah s.a.w. mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya: “Bahwa­sanya Allah s.w.t. memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas dasar maskawin 400 dirham . Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu.”

“Ya Rasul Allah itu kuterima dgn baik” jawab Ali bin Abi Thalib r.a. dalam pernikahan itu.

Rumah Tangga Sederhana
Maskawin sebesar 400 dirham itu diserahkan kepada Abu Bakar r.a. utk diatur penggunaannya. Dengan persetujuan Ra­sul Allah s.a.w. Abu Bakar r.a. menyerahkan 66 dirham kepada Ummu Salmah utk “biaya pesta” perkawinan. Sisa uang itu dipergunakan utk membeli perkakas dan peralatan rumah tangga.
-sehelai baju kasar perempuan;
-sehelai kudung;
-selembar kain Qathifah buatan khaibar berwarna hitam;
-sebuah balai-balai;.
-dua buah kasur terbuat dari kain kasar Mesir ;
-empat buah bantal kulit buatan Thaif ;
-kain tabir tipis terbuat dari bulu;
-sebuah tikar buatan Hijr;
-sebuah gilingan tepung;
-sebuah ember tembaga;
-kantong kulit tempat air minum;
-sebuah mangkuk susu;
-sebuah mangkuk air;
-sebuah wadah air utk sesuci;
-sebuah kendi berwarna hijau;
-sebuah kuali tembikar;
-beberapa lembar kulit kambing;
-sehelai ‘aba-ah ;
-dan sebuah kantong kulit tempat menyimpan air.

Sejalan dgn itu Imam Ali r.a. mempersiapkan tempat kediamannya dgn perkakas yg sederhana dan mudah di­dapat. Lantai rumahnya ditaburi pasir halus. Dari dinding ke din­ding lain dipancangkan sebatang kayu utk menggantungkan pakaian. Untuk duduk-duduk disediakan beberapa lembar kulit kambing dan sebuah bantal kulit berisi ijuk kurma. Itulah rumah kediaman Imam Ali r.a. yg disiapkan guna menanti kedatangan isterinya Sitti Fatimah Azzahra r.a.

Selama satu bulan sesudah pernikahan Sitti Fatimah r.a. masih tetap di rumahnya yg lama. Imam Ali r.a. merasa malu utk menyatakan keinginan kepada Rasul Allah s.a.w. supaya puterinya itu diperkenankan pindah ke rumah baru. Dengan dite­mani oleh salah seorang kerabatnya dari Bani Hasyim Imam Ali r.a. menghadap Rasul Allah s.a.w. Lebih dulu mereka me­nemui Ummu Aiman pembantu keluarga Nabi Muhammad s.a.w. Kepada Ummu Aiman Imam Ali r.a. menyampaikan keinginan­nya.

Setelah itu Ummu Aiman menemui Ummu Salmah r.a. guna menyampaikan apa yg menjadi keinginan Imam Ali r.a. Sesu­dah Ummu Salmah r.a. mendengar persoalan tersebut ia terus pergi mendatangi isteri-isteri Nabi yg lain.
Guna membicarakan persoalan yg dibawa Ummu Salmah r.a. para isteri Nabi Muhammad s.a.w. berkumpul. Kemudian mereka bersama-sama menghadap Rasul Allah s.a.w. Ternyata beliau menyambut gembira keinginan Imam Ali r.a.(4)

Suami-Isteri Yang Serasi
Sitti Fatimah r.a. dgn perasaan bahagia pindah ke rumah suaminya yg sangat sederhana itu. Selama ini ia telah menerima pelajaran cukup dari ayahandanya tentang apa artinya kehidupan ini. Rasul Allah s.a.w. telah mendidiknya bahwa kemanusiaan itu adl intisari kehidupan yg paling berharga. Ia juga telah .diajar bahwa kebahagiaan rumah-tangga yg ditegakkan di atas fon­dasi akhlaq utama dan nilai-nilai Islam jauh lbh agung dan lbh mulia dibanding dgn perkakas-perkakas rumah yg serba me­gah dan mewah.

Imam Ali r.a. bersama isterinya hidup dgn rasa penuh ke­banggaan dan kebahagiaan. Dua-duanya selalu riang dan tak per­nah mengalami ketegangan. Sitti Fatimah r.a. menyadari bahwa dirinya tidak hanya sebagai puteri kesayangan Rasul Allah s.a.w. tetapi juga isteri seorang pahlawan Islam yg senantiasa sang­gup berkorban seorang pemegang panji-panji perjuangan Islam yg murni dan agung. Sitti Fatimah berpendirian dirinya ha­rus dapat menjadi tauladan. Terhadap suami ia berusaha bersikap seperti sikap ibunya terhadap ayahandanya Nabi Muhammad s.a.w.

Dua sejoli suami isteri yg mulia dan bahagia itu selalu be­kerja sama dan saling bantu dalam mengurus keperluan-keperluan rumah tangga. Mereka sibuk dgn kerja keras. Sitti Fatimah r.a. menepung gandum dan memutar gilingan dgn tangan sen­diri. Ia membuat roti menyapu lantai dan mencuci. Hampir tak ada pekerjaan rumah-tangga yg tidak ditangani dgn tena­ga sendiri.

Rasul Allah s.a.w. sendiri sering menyaksikan puterinya se­dang bekerja bercucuran keringat. Bahkan tidak jarang beliau ber­sama Imam Ali r.a. ikut menyingsingkan lengan baju membantu pekerjaan Sitti Fatimah r.a.
Banyak sekali buku-buku sejarah dan riwayat yg melukis­kan betapa beratnya kehidupan rumah-tangga Imam Ali r.a. Sebu­ah riwayat mengemukakan: Pada suatu hari Rasul Allah s.a.w. berkunjung ke tempat kediaman Sitti Fatimah r.a. Waktu itu puteri beliau sedang menggiling tepung sambil melinangkan air mata. Baju yg dikenakannya kain kasar. Menyaksikan puterinya menangis Rasul Allah s.a.w. ikut melinangkan air mata. Tak lama kemudian beliau menghibur puterinya: “Fatimah terimalah kepahitan dunia utk memperoleh keni’matan di akhirat ke­lak”(5)

Riwayat lain mengatakan bahwa pada suatu hari Rasul Allah s.a.w. datang menjenguk Sitti Fatimah r.a. tepat: pada saat ia bersama suaminya sedang bekerja menggiling tepung. Beliau terus bertanya: “Siapakah di antara kalian berdua yg akan ku­gantikan?”

“Fatimah! ” Jawab Imam Ali r.a. Sitti Fatimah lalu berhenti diganti oleh ayahandanya menggiling tepung bersama Imam Ali r.a.

Masih banyak catatan sejarah yg melukiskan betapa berat­nya penghidupan dan kehidupan rumah-tangga Imam Ali r.a. Semuanya itu hanya menggambarkan betapa besarnya kesanggu­pan Sitti Fatimah r.a. dalam menunaikan tugas hidupnya yg pe­nuh bakti kepada suami taqwa kepada Allah dan setia kepada Rasul-Nya.
Ada sebuah riwayat lain yg menuturkan betapa repotnya Sitti Fatimah r.a. sehari-hari mengurus kehidupan rumah-tangga­nya. Riwayat itu menyatakan sebagai berikut: Pada satu hari Ra­sul Allah s.a.w. bersama sejumlah sahabat berada dalam masjid menunggu kedatangan Bilal bin Rabbah yg akan menguman­dangkan adzan sebagaimana biasa dilakukan sehari-hari. Ketika Bilal terlambat datang oleh Rasul Allah s.a.w. ditegor dan dita­nya apa sebabnya. Bilal menjelaskan:

“Aku baru saja datang dari rumah Fatimah. Ia sedang menggi­ling tepung. Al Hasan puteranya yg masih bayi diletakkan dalam keadaan menangis keras. Kukatakan kepadanya “Manakah yg lbh baik aku menolong anakmu itu ataukah aku saja yg menggiling tepung”. Ia menyahut: “Aku kasihan kepada anakku”. Gilingan itu segera kuambil lalu aku menggiling gan­dum. Itulah yg membuatku datang terlambat!”
Mendengar keterangan Bilal itu Rasul Allah s.a.w. berkata: “Engkau mengasihani dia dan Allah mengasihani dirimu!”(6)

Hal-hal tersebut di atas adl sekelumit gambaran ten­tang kehidupan suatu keluarga suci di tengah-tengah masyarakat Islam. Kehidupan keluarga yg penuh dgn semangat gotong-­royong. Selain itu kita juga memperoleh gambaran betapa se­derhananya kehidupan pemimpin-pemimpin Islam pada masa itu. Itu merupakan contoh kehidupan masyarakat yg diba­ngun oleh Islam dgn prinsip ajaran keluhuran akhlaq. Itu­pun merupakan pencerminan kaidah-kaidah agama Islam yg diletakkan utk mengatur kehidupan rumah-tangga.
Rasul Allah s.a.w. Imam Ali r.a. dan Sitti Fatimah r.a. ke­tiganya merupakan tauladan bagi kehidupan seorang ayah seorang suami dan seorang isteri di dalam Islam. Hubungan antar anggota keluarga memang seharusnya demikian erat dan serasi seperti mereka.

Tak ada tauladan hidup sederhana yg lbh indah dari tauladan yg diberikan oleh keluarga Nubuwwah itu. Padahal jika mereka mau lebih-lebih jika Rasul Allah s.a.w. sendiri menge­hendaki kekayaan dan kemewahan apakah yg tidak akan dapat diperoleh beliau?

Tetapi sebagai seorang pemimpin yg harus menjadi tau­ladan sebagai seorang yg menyerukan prinsip-prinsip kebena­ran dan keadilan serta persamaan sebagai orang yg hidup menolak kemewahan duniawi beliau hanya mengehendaki supaya ajaran-ajarannya benar-benar terpadu dgn akhlaq dan cara hidup ummatnya. Beliau mengehendaki agar tiap orang tiap pen­didik tiap penguasa dan tiap pemimpin bekerja utk perbaikan masyarakat. Masing-masing supaya mengajar memimpin dan men­didik diri sendiri dgn akhlaq dan perilaku utama sebelum mengajak orang lain. Sebab akhlaq dan perilaku yg dapat di­lihat dgn nyata mempunyai pengaruh lbh besar lbh ber­kesan dan lbh membekas dari pada sekedar ucapan-ucapan dan peringatan-peringatan belaka. Dengan praktek yg nyata ajakan yg baik akan lbh terjamin keberhasilannya.

Sebuah riwayat lagi yg berasal dari Imam Ali r.a. sendiri mengatakan: Sitti Fatimah pernah mengeluh krn tapak-ta­ngannya menebal akibat terus-menerus memutar gilingan tepung. Ia keluar hendak bertemu Rasul Allah s.a.w. Karena tidak ber­hasil ia menemui Aisyah r.a. Kepadanya diceritakan maksud ke­datangannya. Ketika Rasul Allah s.a.w. datang beliau diberi­tahu oleh Aisyah r.a. tentang maksud kedatangan Fatimah yg hendak minta diusahakan seorang pembantu rumah-tangga. Ra­sul Allah s.a.w. kemudian datang ke rumah kami. Waktu itu kami sedang siap-siap hendak tidur. Kepada kami beliau berkata: “Kuberitahukan kalian tentang sesuatu yg lbh baik daripada yg kalian minta kepadaku. Sambil berbaring ucapkanlah tasbih 33 kali tahmid 33 kali dan takbir 34 kali. Itu lbh baik bagi kalian daripada seorang pembantu yg akan melayani kalian.”

Sambutan Nabi Muhammad s.a.w. atas permintaan puterinya agar diberi pembantu merupakan sebuah pelajaran penting ten­tang rendah-hatinya seorang pemimpin di dalam masyarakat Islam. Kepemimpinan seperti itulah yg diajarkan Rasul Allah s.a.w. dan dipraktekan dalam kehidupan konkrit oleh keluarga Imam Ali r.a. Mereka hidup setaraf dgn lapisan rakyat yg miskin dan menderita. Pemimpin-pemimpin seperti itulah dan yg hanya seperti itulah yg akan sanggup menjadi pelopor da­lam melaksanakan prinsip persamaan kesederhanaan dan keber­sihan pribadi dalam kehidupan ini.

Putera-puteri
Sitti Fatimah r.a. melahirkan dua orang putera dan dua orang puteri. Putera-puteranya bernama Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. Sedang puteri-puterinya bernama Zainab r.a. dan Ummu Kalsum r.a. Rasul Allah s.a.w. dgn gembira sekali menyambut kelahiran cucu-cucunya.

Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. mempunyai kedudukan ter­sendiri di dalam hati beliau. Dua orang cucunya itu beliau asuh sendiri. Kaum muslimin pada zaman hidupnya Nabi Muhammad s.a.w. menyaksikan sendiri betapa besarnya kecintaan beliau ke­pada Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. Beliau menganjurkan supaya orang mencintai dua “putera” beliau itu dan berpegang teguh pada pesan itu.

Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. meninggalkan jejak yg jauh jangkauannya bagi umat Islam. Al Husein r.a. gugur sebagai pah­lawan syahid menghadapi penindasan dinasti Bani Umayyah. Semangatnya terus berkesinambungan melestarikan dan mem­bangkitkan perjuangan yg tegas dan seru di kalangan ummat Islam menghadapi kedzaliman. Semangat Al Husein r.a. merupa­kan kekuatan penggerak yg luar biasa dahsyatnya sepanjang sejarah.

Puteri beliau yg bernama Zainab r.a. merupakan pahlawan wanita muslim yg sangat cemerlang dan menonjol sekali pera­nannya dalam pertempuran di Karbala membela Al Husein r.a. Di Karbala itulah dinasti Bani Umayyah menciptakan tragedi yg menimpa A1 Husein r.a. beserta segenap anggota keluarganya. A1 Husein r.a. gugur dan kepalanya diarak sebagai pameran keliling Kufah sampai ke Syam.

Setelah hidup bersuami isteri selama kurang lbh 10 tahun Sitti Fatimah r.a. meninggal dunia dalam usia 28 tahun. Sepe­ninggal Sitti Fatimah r.a. Imam Ali r.a. beristerikan beberapa orang wanita lainnya lagi. Menurut catatan sejarah hingga wa­fatnya Imam Ali r.a. menikah sampai 9 kali. Tentu saja menurut ketentuan-ketentuan yg tidak bertentangan dgn hukum Is­lam. Dalam satu periode tidak pernah lbh 4 orang isteri.

Wanita pertama yg dinikahi Imam Ali r.a. sepeninggal Siti Fatimah r.a. ialah Umamah binti Abil ‘Ashiy. Ia anak perem­puan iparnya sendiri Zainab binti Muhammad s.a.w. kakak pe­rempuan Sitti Fatimah r.a. Pernikahan dgn Umamah r.a. ini mempunyai sejarah tersendiri yaitu utk melaksanakan pesan Sitti Fatimah r.a. kepada suaminya sebelum ia wafat. Nampaknya pesan itu didasarkan kasih-sayang yg besar dari Umamah ra. kepada putera-puterinya.

Setelah nikah dgn Umamah r.a. Imam Ali r.a. nikah lagi dgn Khaulah binti Ja’far bin Qeis. Berturut-turut kemudian Laila binti Mas’ud bin Khalid Ummul Banin binti Hazzan bin Khalid dan Ummu Walad. Isteri Imam Ali r.a. yg keenam patut disebut secara khusus krn ia tidak lain adl Asma binti Umais sahabat terdekat Sitti Fatimah r.a. Asma inilah yg mendampingi Sitti Fatimah r.a. dgn setia dan melayani­nya dgn penuh kasih-sayang hingga detik-detik terakhir hayat­nya.

Isteri-isteri Imam Ali r.a. yg ke-7 ke-8 dan ke-9 ialah As-­Shuhba Ummu Sa’id binti ‘Urwah bin Mas’ud dan Muhayah bin­ti Imruil Qeis. Dari 9 isteri di luar Sitti Fatimah r.a. Imam Ali r.a. mempunyai banyak anak. Jumlahnya yg pasti masih menjadi perselisihan pendapat di kalangan para penulis sejarah.

Al Mas’udiy dalam bukunya “Murujudz Dzahab” menyebut putera-puteri Imam Ali r.a. semuanya berjumlah 25 orang. Sedang­kan dalam buku “Almufid Fil Irsyad” dikatakan 27 orang anak. Ibnu Sa’ad dalam bukunya yg terkenal “Thabaqat” menyebut­nya 31 orang anak dgn perincian: 14 orang anak lelaki dan 17 orang anak perempuan. Ini termasuk putera-puteri Imam Ali r.a. dari isterinya yg pertama.


(1)Hasyim Ma’ ruf A1 Huseiniy: “Siratul Musthafa” hlm 205 cetakan ke I.
(2)Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa di kemudian hari ia me­nyaksikan sendiri tiga orang itu mati terbunuh dalam perang Badr. Hasyim Ma’ruf A1 Huseiniy: Siratul Musthafa. Dikutip dari At Tha­bariy hlm 47.
(3)Ibnul Atsir: “Al Kamil Fit Tarikh” jilid II hlm 206.
(4)”Ahlul Bait” Asy’-ah min Hayatis Shiddiqah Fatimah Az-Zahra.
(5)Tanbihul Khawatir wa Nuzhatun Nawadir jilid I hlm 230.
(6)Tanbihul Khawatir wa Nuzhatun Nawadir jilid I halaman 230. “Ahlul Bait” Asy’-ah min Hayatis Shiddiqah Fatimah Az-Zahra.

http://blog.re.or.id/perkawinan-dengan-fatimah.htm

Nantikanku di Batas Waktu

Am           Dm       G                       C
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
F            Dm           E
Tak perlu engkau menyangsikan
Am             Dm      G                      C
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
F             Dm        E
Tak perlu dengan kata-kata

Am                Dm                G           C
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Am             F           Dm             G      
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan

Reff :
        C                   G
Kalau memang kau pilihkan aku
Am                   Em     F
Tunggu sampai aku datang nanti
        C           Dm       G
Kubawa kau pergi kesyurga abadi

C                  G   Am             Em    F
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu 
F        C      G     C 
Nantikanku dibatas waktu
 
 
 
 
edcoustic 
intadziri al waqtu...

Don't Ever Ask Me To Give Up


Inna Ma'al 'usri yusroo...

It was not over...

I will always find the way

I know it's not the time 

But I know, Allah will show me the way

I'm not walk alone 

I know Allah accompany me, therefore I still strong 

I know My mom pray for me, therefore I will not ever give up

"Inna ma'al 'usri yusroo"

I believe it...

I look entire the world, so many thing Allah can do
This is the small thing, Allah can do more

I believe it... 

Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin...

Allah Maaliki anhaa il 'aalam, qoodirun 'alaa kulli syai'in...

Allahumma Yassir Walaa Tu'assir Watammim Bilkhoir... Amien...

Senin, 27 Juni 2011

Can’t to Describe Now Mom, Wish Me Luck…


Mom, I wanna be on your side now
But I can’t to describe now
I just wanna lay on your shoulder
To make me strong

Mom, you know who I am,,,
This is me,,, your son…

The path feels increasingly so steep
It makes me have to do more sacrifice

Sometime I feel on the darkness
Sometime I feel so lonely

But quickly I rise
Coz I know you beside me
Coz I know Allah Always accompany me on every step I made

When the steps was so heavy
Your son has only one choose
Keep on step

Mom, when I feel on the darkness and stalemate
I always find my hope
I always find your smile
I always find your eyes

Just wanna find your happiness

Mom, I beg your pardon
If one time I make you sad…

I don’t wanna do that
We don’t know Allah’s Secrets
I just only can doing best 

Miss You mom...
I don't wanna make you disappointed
 



Awan Mendung Terberai Menjadi Hujan


Rembulan redup dalam temaram
Awan mendung tak kunjung terberai pecahkan kelam
Cahaya bintang tak lagi tampak sertai rembulan sinari alam

Malampun sunyi tak menggairahkan
Sebagai bukti penghambaan,
Rembulan tersungkur dalam hamparan ketabahan
Yaa Rabb, berikanlah keridloan
Keniscayaan awan mendung cepat terberai menjadi hujan

Hujan anugerah
Pelepas gerah
Dalam cerah
Penuh gelisah
Tanpa lelah
Merangkai kisah
Segeralah… 

Rembulan tahu dan yakin
Hujan adalah niscaya bagi awan mendung
Pelangi cerah nan indah bukan lagi mimpi dan khayalan 
Pelangi cerah nan indah adalah niscaya bagi turun hujan

Hujan satu langit
Anugerah dua peraduan
Peraduan bintang
Peraduan rembulan

Ini bukan ratapan
Namun sebuah kesungguhan
Ini juga bukan khayalan
Namun sebuah harapan
Ini juga bukan pembuktian
Karena terlalu banyak bukti Keagungan Tuhan
Ini juga bukan mengemis belas kasihan
Ini hanya sebuah keteguhan
Dari lubuk hati yang terdalam sebagai bukti iman

Sesal didepan 
Tak akan membuat rembulan tersungkur dalam sujud keharibaan
Tak akan pernah ada juang tertunaikan
Sesal kemudian tak akan pernah terasa 
Karena juang telah tertunaikan
Untuk sebuah cita-cita besar 
Rembulan dan Bintang bersama terangi alam

Istajib Yaa Rabb...
Amien...

Roti Goreng Madu


Beberapa hari yang lalu ngga sengaja penulis nonton acara music Dahsyat di RCTI, kayanya jam tayangnnya emang dimajukan ya, soalnya waktu itu cukup pagi, pokoknya ngga biasanya,,, acara ini juga menampilkan acara masak-masak gitu,,, ntah mungkin udah lama kali ya ada segmen acara masak-masak dan mungkin emang penulis yang kurang update nontonnya…

Menarik, pertamakali asumsi penulis masakan yang akan dipraktekin adalah masakan yang simple,,, ternyata tepat sekali… hanya sekitar beberapa menit masakannya udah siap,,, terpaksa waktu itu aktifitas sedikit terhenti untuk melototin cara masaknya… menarik sekali sehingga penulis terpikir untuk mencoba resep itu, kata chefnya sih, makanan itu cocok untuk sarapan karena disana udah cukup kandungan karbohidrat, vitamin dan protein dsb,,,

OK deh, setelah kemaren penulis berbagi resep tahu telor, sekarang penulis akan coba seoptimal mungkin untuk mengingat kembali resep masakan yang didapet di acara tersebut, karena emang kemaren ngga sempet lagi buat ambil catatan, sekalian buat dokumentasi siapa tahu ntar sempet buat cobain resepnya,,,

Bahan :
- Roti putih (yang biasa dibikin roti bakar)
- Madu
- Serbuk kayu manis (sebenernya penulis belum pernah tahu wujudnya kaya gimana, oleh karena itu rencananya akan digantikan dengan yang lain, yang penting manis,,, heee)
- Buah-buahan (seadanya, ngga harus mewah)
- Telur
- Margarine


Cara bikin:
1. Cuci dan siapkan buah dengan cara mengiris agak besar yang kemudian akan digunakan untuk penyerta roti goring.
2. Kocok telur pada adonan, kemudian tambahkan serbuk kayu manis secukupnya, diaduk hingga tercampur keseluruhan.
3. Panaskan margarine pada penggorengan
4. Celupkan roti satu persatu pada adonan telur yang udah disiapin dan langsung digoreng pada tingkat kematangan tertentu. (catatan: adonan telor jangan terlalu masuk kedalam pori-pori roti, cukup pada bagian luar kemudian digoreng, tapi kalo emang yang banyak telurnya silahkan, ga ada pemaksaan kok)
5. Kemudian diangkat dan silahkan sajikan dengan menyiramkan madu diatasnya beserta irisan buah yang sudah disiapkan…

Insya Allah demikian resepnya…  untuk banyak bahan, dikira-kira sendiri aja deh…soalnya penulis juga belum coba... tapi kayanya kemaren untuk telurnya make cuma satu butir aja...

Selamat mencoba… ^_^

Roti Goreng Madu

Beberapa hari yang lalu ngga sengaja penulis nonton acara music Dahsyat di RCTI, kayanya jam tayangnnya emang dimajukan ya, soalnya waktu itu cukup pagi, pokoknya ngga biasanya,,, acara ini juga menampilkan acara masak-masak gitu,,, ntah mungkin udah lama kali ya ada segmen acara masak-masak dan mungkin emang penulis yang kurang update nontonnya…

Menarik, pertamakali asumsi penulis masakan yang akan dipraktekin adalah masakan yang simple,,, ternyata tepat sekali… hanya sekitar beberapa menit masakannya udah siap,,, terpaksa waktu itu aktifitas sedikit terhenti untuk melototin cara masaknya… menarik sekali sehingga penulis terpikir untuk mencoba resep itu, kata chefnya sih, makanan itu cocok untuk sarapan karena disana udah cukup kandungan karbohidrat, vitamin dan protein dsb,,,

OK deh, setelah kemaren penulis berbagi resep tahu telor, sekarang penulis akan coba seoptimal mungkin untuk mengingat kembali resep masakan yang didapet di acara tersebut, karena emang kemaren ngga sempet lagi buat ambil catatan, sekalian buat dokumentasi siapa tahu ntar sempet buat cobain resepnya,,,

Bahan :
- Roti putih (yang biasa dibikin roti bakar)
- Madu
- Serbuk kayu manis (sebenernya penulis belum pernah tahu wujudnya kaya gimana, oleh karena itu rencananya akan digantikan dengan yang lain, yang penting manis,,, heee)
- Buah-buahan (seadanya, ngga harus mewah)
- Telur
- Margarine


Cara bikin:
1. Cuci dan siapkan buah dengan cara mengiris agak besar yang kemudian akan digunakan untuk penyerta roti goring.
2. Kocok telur pada adonan, kemudian tambahkan serbuk kayu manis secukupnya, diaduk hingga tercampur keseluruhan.
3. Panaskan margarine pada penggorengan
4. Celupkan roti satu persatu pada adonan telur yang udah disiapin dan langsung digoreng pada tingkat kematangan tertentu. (catatan: adonan telor jangan terlalu masuk kedalam pori-pori roti, cukup pada bagian luar kemudian digoreng, tapi kalo emang yang banyak telurnya silahkan, ga ada pemaksaan kok)
5. Kemudian diangkat dan silahkan sajikan dengan menyiramkan madu diatasnya beserta irisan buah yang sudah disiapkan…

Insya Allah demikian resepnya… untuk banyak bahan, dikira-kira sendiri aja deh…soalnya penulis juga belum coba... tapi kayanya kemaren untuk telurnya make cuma satu butir aja...

Selamat mencoba… ^_^

Minggu, 26 Juni 2011

Konferensi Khilafah Malaysia



Shubhanalloh, hari ini 26 June · 08:30 - 13:00, di Dewan Bekawali, Puri Pujangga, Universiti Kebangsaan Malaysia [UKM], Bangi, Selangor... sukses dengan pertolongan Allah...

Sabtu, 25 Juni 2011

TAHU TELORKU, KURANG-LEBIH


Hmmm…

Ada yang tahu apa itu “tahu telor”??

Dari namanya aja sudah bisa ketebak kalo itu adalah sejenis makanan yang berbahan dasar tahu dan telor bukan??

Atau ada yang bisa berikan resep yang lebih lengkap??

Sebenernya ga ada yang special dari judul tersebut, namun Saya Cuma ingin berbagi cerita karena sudah beberapa kali bikin tahu telor pasti ada yang kurang dan yang lebih... Intinya, Ngga seperti yang biasa dibikin kakak-kakak Saya… Iya, untuk sementara memang Saya hanya bisa membandingkan kualitas hasil masakan Saya dengan kualitas hasil masakan para bidadari catik yang ada di rumah… Karena meskipun ngga secara sengaja diajarin, secara Ngga langsung saat Saya bantu-bantu ataupun mengganggu beliau ketika beraktifitas di dapur Sayapun tahu cara beliau memasak sesuatu… Sayur bening, sayur asam, sayur bayam, sayur daun kelor yang ga ada di Banjarmasin, ataupun masakan yang sering Saya bikin karena cukup simple cara bikinnya adalah tumis-tumisan; tumis kangngkung, kacang panjang, ataupun tauge aja ditumis dengan banyak potongan cabe,,, hmmmm… super duper pueddeeesss…

Eits eits… Yang baca jangan pada ngiler dulu yaaa…. Heeee…. Soalnya itu belum seberapa, soalnya belum ditambah sambel terasi udang yang harum nan menggoda lidah yang biasa saya beli di warung acil (Baca: bibi) depan rumah saya tinggal sekarang…

Tapi satu hal yang belum pernah saya coba, hingga saat ini saya belum pernah mencoba masak masakan Ibu yakni “sambel pecel” dan “sambel tumpang” yang tak terkalahkan, kemudian “sayur lodeh” yang dahsyat bikinan nenek, kemudian masak “ikan busuk” bikinan umi yang sebenernya Saya juga bisa masaknya sih, tapi males, kayanya cara bikinnya hampir sama kaya bikin oseng ikan asin tapi saya ga bisa busukinnya, sebenernya “ikan busuk” itu adalah penamaan dari Saya karena memang ikannya sengaja dibusikin dulu dan nama asli masakan ini adalah “Iwak besamu” (masakan khas banjar)…

“Sayur lodeh”, meskipun nenek udah meninggal, tapi Ibu bisa bikin masakan serupa yang ngga kalah enaknya…

Kemudian “Sambel tumpang”???,,, masakannya cukup sederhana, ini adalah salah satu menu kesukaan Saya, menu ini adalah salah satu menu khas daerah asal ibu saya yaitu Kediri kota tahu…

Saya ngga bisa ngomong banyak tentang masakan ini, yang Saya tahu masakan ini berbahan dasar tempe yang sengaja dibusukkan, kemudian pake santan, trus pake daun entah nama daun itu apa (Saya lupa) padahal dulu saya sering ambilin daun itu buat Ibu, biasanya ibu bikin agak pedas dikit, “aneh, padahal Beliau ga suka kalo anaknya yang ganteng ini makan makanan pedas karena dulu pernah kena tifus, kata dokter jangan makan pedes lagi yaaa, tapi beliau juga sering bikinin sambel (yah lumayan pedes sih, tapiii kurang dikit laaahh,,,) heee”… tapi jangan salah persepsi yaaa,,, emang nama masakan ini sambel tumpang, tapi masakan ini sebenernya adalah sayur yang cara makannya dengan menumpahkan di atas sayur yang udah kita siapkan di atas nasi… biasanya sambel tumpang enak kalo dimakan ama tahu goring, trus ditambah rempeyek,,, heeemmm,,, maknyossss…

Kalo sambel pecel, kayanya semua orang udah pada tahu ya, soalnya di mana-mana banyak banget yang jualan nasi pecel jawa… tapi tetep aja sambel pecel bikinan ibu saya emang tak terkalahkan, karena ibu bikinnya masih dengan cara tradisional sehingga meskipun Saya bawa ke Banjarmasin, asalkan tertutup rapat dan disimpan dalam kulkas masih bertahan lama meski berbulan-bulan disimpan, Anda mau, itu masih ada dalam kulkas,,, heeee… bahan utama bikin sambel pecel adalah kacang tanah dan tambahan jeruk purut yang dengannya sambel pecel bikinan ibu ga ketulungan mantabnya,,,

Stoooooooooooop…

Khan udah dibilangin kalo ga boleh ngiler dulu, kok udah ada yang ngiler, @#$%^&* itu khan ceritanya baru nyampe sambel terasi ala “Chef Zainal Juna”, sambel tumpang dan sambel pecel bikinan ibu, sayur lodeh bikinan nenek dan ikan busuk bikinan umi… belum lagi ditambah tempe goreng, tahu goreng ataupun ikan asin belah (entah nama ikan itu apa, karena sampe saat ini kalo saya beli biasa bilang ikan asin yang belah cil (Baca: acil/bibi)… yang bisanya Saya goreng dengan sedikit minyak… Hmmm,,,, nyam nyam nyam,,, kok jadi laper ya??

Tapi para pembaca belom ada yang ngiler khan?? Jangan dulu yaaa,,, soalnya ini belom masuk cerita inti,,, yaitu sesuai dengan judul di atas…

Biasanya, dengan menu-menu diatas Saya juga sering pamer ama rekan-rekan dengan ngajak mereka makan dirumah dan Saya yang masak sekalian regenerasi sambil ngajarin mereka rahasia resep-resep yang Saya miliki agar bisa dilestarikan dikemudian hari,,, “emang tumbuhan yang harus dilestarikan”…

Bahkan, juga pernah Saya masak buat seluruh kompi temen-temen FSQ sampe-sampe kamar yang “rasanya luas banget” itu ga cukup buat nampung kurang lebih 20 orang, kalo ga salah itu saat kita buka puasa sunnah, ntah sunnah apa itu ya, yang pasti bukan puasa Senin-Kamis yang sampe saat ini masih minim peminatnya?? tapi nasinya minta dimasakin “Umi”, heeee… karena emang ga cukup alat untuk masak nasi sebanyak itu,,, tapi lauknya Saya yang masak donk, menu andalan seperti tumis tauge+kacang panjang, tahu telor, tempe goreng tepung, ayam goreng sebanyak satu ekor dan ngga ketinggalan sambel terasi mematikan “ala chef Zainal Juna”, meskipun pedas, tapi tetep aja habis tak bersisa,,, iya dong bikinnya khan ga pake ulekan, tapi pake cinta,,, heeeheeee,,, lebbaaayyy…

Yah, buka puasanya rame, penuh kebersamaan dan keakraban, bahkan ada yang sampe rebutan ayam goring karena emang serba kurang, masa Cuma satu ekor,,, kalo ngomong rebutan, jadi nget masa kecil dulu dan masa kebersamaan di regu pramuka… yaahh,,, dengan diawali beberapa butir kurma, sirup orang “ABC” dan kayanya juga ada es buah bikinan umi yang acapkali sering saya ejek,,, heee,,,, maaf ya “mi” semua itu terdapat unsur kesengajaan biar es buahnya tambah enak,,,, heee… pokoknya segeeeerrr pisaaannnn…

#####################

Hhhmmmm,,, selama ini rekan-rekan yang biasa makan disini, responnya amat sangat cukup baik sekali,,, heeee sori kalo agak subjektif yaa, and sorry kalo ada yang ngga berkenan dengan klaim ini… tapi jujur responnya emang demikian, kecuali satu orang yang memang ngga pernah jujur menilai hasil yang Saya dapet,,,, Hmmm,,, siapa lagi kalo bukan adek angkatan yang satu itu “sebut saja dia RH”… dia selalu ngga pernah jujur dengan kata hatinya, apalagi tentang Saya,,, paling buanter cuma bisa bilang “yaaahhh,,,, lumayan lah”…

Huuuhhhhfff,,, dasar manusia anti Es… heee… sorry brother,,,

Yaah, semua orang juga tahu kalo adek angkatan yang satu ini terlalu gengsi untuk ngomong kalo Saya emang ganteng, pinter, baik hati, de el el,,, oh maaf keceplosan,,, maksud Saya pinter masak… heee,,, penyakit narsisnya ada gejala kambuh nih, lebih baik kita lanjutin aja yaaa…

Hmmm,,, dengan makan bersama hasil masakan sendiri, minimal Saya ngga ngerasa kesepian dan mengurangi rasa kangen sama keluarga di rumah… mengurangi rasa kangen saat bedug maghrib bulan ramadhan semua keluarga di memulai dengan ta’jil kemudian shalat, dan bersama-sama makan sekeluarga… so long time I didn’t feel that,,, maa sya’utu bi ifthoori ma’al usroti min zamaanin…
Hadddhuuuhhhh,,, ngomongin keluarga di rumah, jadi inget lebaran Idul Adha tahun lalu, di tengah kesepian mendera, Saya ditemenin Halili (ex OP) bikin “stake daging sapi saus tiram” yang uenak banget, tapi setelah saya bikin yang kedua kalinya rasanya jadi agak aneh,,, heeee,,, salah apanya yaa??? Padahal resepnya sama, tapi Cuma ada sedikit eksplorasi dengan merendam daging dengan pucuk daun papaya, yang konon bisa bikin daging empuk, tapi malah diluar gugaan, setelah daging saya bakar, eh rasa dagingnya malah agak sedikit pahit, heeeemmmm,,, mungkin kelamaan ngerendam dagingnnya kali yaa?? Memang Saya sering bereksplorasi dalam berbagai hal,,,

Iyah, itu seputar masakan-masakan saya yang sepertinya banyak yang nunggu-nunggu kapan Saya bisa bkin masakan buat mereka lagi… heee,,, super Pe De mood on…

#####################

OK, now we talk about title written above, “tahu telorku kurang-lebih”,,, mungkin ada yang kurang familiar dengan menu yang satu ini, hhhhmmm… itu bisa jadi, karena saya sendiri juga ga tahu persis darimana asal masakan yang satu ini,,, yang pasti seingat Saya tahu telor yang pertama Saya makan adalah hasil masakan kakak kedua saya “Lilik Wahyuni”… kalo emang ada yang belom tahu, mari kita simak resep “tahu telor” ala chef “Zainal Juna” (tahu chef Juna di acara Master chef RCTI, beliau keren abis deh cara masaknya)… tapi jangan heran dari mana beliau belajar sehingga bisa sehebat itu, tanya Saya aja selaku guru yang mengajarinya selama bertahun-tahun… heeee…

Tahu telorku, kurang-lebih

Sepertinya kata “kurang-lebih” juga berlaku buat masakan yang lain deh,,, kata itu sendiri berdasarkan fakta temuan di TKP,,, karena setiap kali saya masak, bisa dibilang jarang banget mendapatkan performa yang pas (mungkin karena ilmu Saya udah banyak diambil ama chef Juna kali yaa,,, okeh lah kaloh bhegituh, berarti Saya akan berhenti mengajari orang itu)…

Selalu kurang-lebih. terkadang kurang garam-terkadang juga kelebihan garam, terkadang kurang matang-terkadang juga kelebihan matang (alias gosong-gosong dikit !@#$%^_^), yah itu lah… heeee…
Bagi rekan-rekan yang mau coba makanan bergizi yang satu ini sebenernya cukup simple kok (catatan: resep ini sudah banyak dilakukan penyempurnaan dan percobaan-percobaan, jadi insya Allah tidak akan membahayakan kesehatan Anda);

Cukup siapkan bahan dasar berupa: 1 butir telur dan 2 potong tahu. Dan bumbu berupa: 1 atau 2 siung bawang merah, 1 siung bawang putih, garam secukupnya, irisan Lombok (terserah mau pake Lombok apa), bisa juga ditambah, atau juga bisa ditambahkan irisan daun bawang, kemudian minyak goreng, dan perlengkapan lainnya…

Untuk memasaknya demikian saudaraku,,, setelah semua bahan di atas sudah lengkap, silahkan cucilah tahu yang sudah Anda siapkan, kemudian potong bentuk dadu kecil, iris semua bumbu (bawang merah dan putih atau daun bawang, Lombok), kemudian kocoklah telur pada adonan, masukkan garam secukupnya, masukkan semua bumbu diatas, tambahkan juga bubuk mesiu, eh bukan, maksudnya bubuk merica secukupnya agar ada aroma gimanaaa gitu (saya menambahkan bubuk merica juga ga ada alasan jelas, jadi boleh diikuti atau ngga…) setelah semua tecampur silahkan masukkan irisan tahu dalam adonan kemudian aduk pelan agar tahu benar-benar tercampur dan jangan sampai tahu itu hancur (bila tahunya hancur berarti anda sudah melakukan pengembangan dari resep ini, karena sepertinya akan tampak berbeda namun rasanya kurang lebih sama, oleh karena itu sekalian aja tahunya dihancurin seperti ditumbuk gitu)…

Nah sambil mencampur potongan tahu dan adonan telur, silahkan panaskan sedikit minyak goreng dan ratakan pada wajan (kira-kira 1 setengah sendok makan), karena memang saya ngga suka masakan yang terlalu berminyak dan emang itu juga ga baik bagi kesehatan, mengkanya Saya anjurkan pake minyaknya dikit aja, selain untuk kesehatan ternyata minyak goreng juga mahal bro…

Setelah minyak mulai panas, silahkan masukin adonan tahu telor tersebut dan ratakan, usahakan jangan sampai tebal di salah satu sisi, karena akan berpengaruh pada cita rasa dan tingkat kematangan… heeee,,, bahasanya udah kaya chef Juna… oh iya, untuk cara menggorengnya Anda juga bisa menggoreng kecil-kecil sesuai selera... ^_^

Kemudian silahkan digoreng seperti kita menggoreng telor dadar menu andalan teman-teman,,, setelah itu teereeeeeennngggg... jaaadi deh,,,

Silahkan disajikan bersama, apa aja sesuai selera rekan-rekan… tapi biasanya Saya sajikan dengan sambel kecap… karena itu adalah the most simple way untuk sajikan makanan ini... tapi bisa aja ditambahkan acar sesuai selera,,, pokoknya terserah deh...

Selamat berkreasi,,, bagi yang udah baca,,, jangan lupa ucakan terimakasih yaaa... heeee...

Bila ada resep yang lebih bagus silahkan dibagi, agar bisa Saya coba…

Sekedar info, insya Allah nanti bila waktu memungkinkan nanti akan Saya coba bikin roti goreng madu, cara bikinnya cukup simple, resepnya baru dapet waktu acara music “Dahsyat RCTI” tadi pagi… Hmmmm,,, penasaran,,, Mau? Mau? Mau?...

Ditulis Oleh Chef Zainal AR
Juara 33 dari 150 peserta Lomba Dapur Umum (Lomba Palang Merah Remaja Se-Jawa-Bali)
Hiks hiks, menyedihkan... Saking narsisnya juara 33 pun penulis cantumkan...

Rabu, 22 Juni 2011

Kasih Ibu


Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Can't say anything, illaa isytaqtu katsiiron ummii

Rabbighfirlii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiiro... Amienn...





Waspadai Efek Layar Komputer pada Mata


Kompas.com - Untuk Anda yang bekerja di kantor, mungkin pernah dengar yang namanya computer eye strain. Kondisi ini merupakan keluhan medis yang paling sering diajukan oleh para pekerja kantor.

Eye strain atau bisa diartikan sebagai sakit mata atau mata lelah, terjadi ketika mata terlalu dipaksakan untuk memandang hanya ke satu arah dalam waktu lama. Eye strain dapat terjadi di mana saja, misalnya di perjalanan ketika mengendarai mobil jarak jauh, di rumah ketika menonton film secara maraton, atau di tempat tidur saat memegang novel bagus yang membuat Anda tidak bisa berhenti membacanya.

Meski demikian, tempat yang paling umum memicu eye strain adalah di depan layar komputer. Kadang Anda tidak menyadari sudah bekerja sangat lama di depan komputer dan tidak menyadari mata Anda sudah sangat lelah.

Mata memiliki banyak otot kecil yang bekerja ketika kita sedang mengetik. Setelah sehari penuh bekerja, otot-otot itu menjadi lelah dan ketika itulah terjadi eye strain dan terasa sakit.
Apa saja gejala computer eye strain? Sakit kepala, leher kaku, mata gatal atau kering, mata berair, pandangan tidak fokus, pandangan ganda, sulit berkonsentrasi ke layar komputer, warna di layar tampak tidak selaras, layar komputer seperti berpendar.

Tentu saja, eye strain dapat dihindari dan Anda masih dapat bekerja di depan layar komputer. Antara lain dengan berkedip lebih sering. Ketika sedang bekerja di depan layar komputer, berkedip jadi berkurang lima kali daripada rata-rata. Padahal, tidak berkedip menyebabkan mata kering, sakit kepala dan mata terasa gatal.

Selain itu aturlah waktu beristirahat lebih sering. Targetkan lima menit istirahat setiap kali bekerja satu jam di depan komputer. Sehingga mata dapat kembali fokus.


http://health.kompas.com/read/2011/06/17/1612055/waspadai-efek-layar-komputer-pada-mata

Bahasa Arab: Bahasa Resmi Negara



Pengantar

Bahasa adalah sesuatu yang digunakan oleh setiap kaum (suku atau bangsa) untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya (Al-Jurjani, At-Ta’rîfât, hlm. 197; Abu Rasytah, Taysîr al-Wushûl ila al-Ushûl, hlm. 115). Menurut Wikipedia Indonesia, bahasa adalah suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain.

Dengan demikian, keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan maksud dan tujuan hingga terbentuk hubungan saling pengertian di antara sesama manusia, dan sebagai alat menyampaikan suatu konsep (ajaran atau ideologi) untuk kehidupan manusia, merupakan sesuatu yang sangat urgen. Keberadaan bahasa bahkan merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah SWT (Lihat: QS ar-Rum [30]: 22).

Mengingat di dunia ini banyak sekali ragam dan jenis bahasa, bahkan setiap suku, bangsa dan negara memiliki bahasa sendiri-sendiri, seperti bahasa Arab, Inggris, Jerman, Turki, Urdu dan lainnya, maka bahasa mana yang kelak akan dijadikan sebagai satu-satunya bahasa resmi Negara Khilafah—yang insya’ Allah tidak lama lagi akan berdiri.

Untuk menjawabnya, Telaah Kitab kali ini akan membahas Rancangan UUD (Masyrû’ Dustûr) Negara Islam pasal 8 yang berbunyi: “Bahasa Arab adalah bahasa Islam dan merupakan satu-satunya bahasa resmi yang digunakan oleh negara.” (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 36).

Bahasa Arab: Bahasa Islam
Bahasa Arab adalah bahasa Islam. Dalilnya: Pertama, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw. untuk seluruh manusia (QS al-A’raf [7]: 158) dan al-Quran merupakan seruan bagi seluruh manusia (QS al-Isra’ [17]: 89; ar-Rum [30]: 58).

Allah SWT menurunkan al-Quran dengan bahasa Arab dan menjadikannya berbahasa Arab. Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran sebagai bacaan dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya (QS Yusuf [12]: 2).

Juga firman-Nya:
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
…dengan bahasa Arab yang jelas (QS asy-Syu’ara [26]: 195).

Dengan demikian, bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa Islam karena bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa al-Quran. Karena itu, jika bukan bahasa Arab maka tidak disebut dengan al-Quran (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 37).

Kedua, membaca ungkapan (bacaan) al-Quran merupakan ibadah, bahkan shalat tidak sah tanpa membaca al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
Karena itu, bacalah apa yang mudah bagi kalian dari al-Quran itu (QS al-Muzammil [73]: 20).
Nabi saw. juga bersabda:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Tidak ada shalat bagi orang yang (di setiap rakaat) tidak membaca surat al-Fatihah (HR al-Bukhari).

Perintah “membaca al-Quran” dalam kedua nas di atas, artinya adalah membaca kalimat-kalimat dan hal ini tidak bisa diartikan dengan membaca terjemahannya atau tafsirnya. Ini merupakan dalil yang tegas tentang ketidakbolehan membaca surat al-Fatihah di dalam shalat dengan selain bahasa Arab, sekalipun ia belum bisa—mengucapkan dengan baik ungkapan—bahasa Arab. Dengan demikian, bahasa Arab merupakan perkara esensial dalam Islam (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 37-38). Bahkan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari Islam (Abdullah, Dirâsât fî al-Fikri al-Islâmiy, hlm. 95).

Oleh karena itu, sejak awal abad ke-7 Hijriah, ketika kekuatan bahasa Arab dipisahkan dari kekuatan Islam, maka Dunia Islam pun mengalami kemunduran. Sebab, Islam dan bahasa Arab itu merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Pasalnya, ijtihad yang kedudukannya amat penting bagi umat dalam menghantarkan pada sebuah kemajuan tidak mungkin dilaksanakan tanpa terpenuhinya salah satu syarat mendasarnya, yaitu bahasa Arab (An-Nabhani, Mafâhîm Hizb at-Tahrîr, hlm. 3-4).

Bahasa Arab: Bahasa Resmi Negara
Bahasa Arab sekaligus merupakan satu-satunya bahasa resmi Negara Khilafah. Dalilnya adalah af’âl (perbuatan) Rasulullah saw. Sebab af’âl (perbuatan) Rasulullah saw. adalah bagian dari hadis atau sunnah yang kita diperintahkan agar mengikutinya. Allah SWT berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa saja yang Rasul bawa kepada kalian, terimalah. Apa saya yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah (QS al-Hasyr [59]: 7).

Rasulullah saw. setelah hijrah dan setelah Negara Islam pertama berdiri di Madinah, mengirim surat kepada Kaisar (penguasa Romawi), Kisra (penguasa Persia), Muqaiqis (penguasa Qibthi, Mesir), para raja dan para pemimpin kabilah, yang berisi seruan kepada mereka agar masuk Islam. Surat beliau itu ditulis dengan bahasa Arab. Padahal bisa saja surat itu diterjemahkan ke dalam bahasa mereka, yakni ke dalam bahasa selain bahasa Arab.

Jadi, ketika Rasulullah saw. tidak menulis suratnya kepada Kaisar, Kisra dan Muqaiqis dengan menggunakan bahasa mereka, padahal mereka bukan bangsa Arab, dan tujuan beliau menulis surat kepada mereka adalah dalam rangka untuk menyampaikan Islam, maka ini menjadi dalil bahwa bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa yang digunakan oleh negara dalam menjalankan setiap aktivitas resminya.

Ketika penerjemahan itu sangat dibutuhkan dalam menyampaikan Islam, namun beliau ternyata tidak melakukannya, maka ini menjadi qarînah (indikasi) atas kewajiban negara hanya menggunakan bahasa Arab dalam menyeru manusia, sama saja apakah mereka yang diseru itu bangsa Arab atau bukan. Oleh karena itu, kaum Muslim non-Arab wajib belajar bahasa Arab, sebab apapun aktivitas yang berkaitan dengan negara tidak dibolehkan menggunakan bahasa selain bahasa Arab (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 38).

Negara Tak Memberangus Selain Bahasa Arab
Meskipun bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa resmi Negara Khilafah, Khilafah tidak memberangus keberadaan bahasa selain bahasa Arab. Sebab, bahasa, baik lisan maupun tulisan, itu digunakan, pertama oleh negara terkait aktivitas resminya dan hubungan rakyat dengan negara, dan kedua oleh rakyat terkait aktivitasnya dan hubungannya dengan sesamanya. Yang pertama tidak boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab, termasuk dalam hal ini, proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah negeri maupun swasta, baik bahasa itu berasal dari dalam negeri Negara Khilafah maupun dari luar. Sebab, semua sekolah tanpa kecuali wajib terikat dengan program negara.

Adapun untuk yang kedua, maka boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Sebab, Rasulullah saw. telah membolehkan penerjemahan selain bahasa Arab ke dalam bahasa Arab, dan mempelajarinya, sebagaiman yang terdapat dalam hadis dari Zaid bin Tsabit:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يَتَعَلَّمَ كِتَابَ الْيَهُودِ، حَتَّى كَتَبْتُ لِلنَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُتُبَهُ، وَأَقْرَأْتُهُ كُتُبَهُمْ، إِذَا كَتَبُوا إِلَيْهِ
Sesungguhnya Nabi saw. menyuruhnya untuk belajar tulisan (bahasa) Yahudi hingga aku dapat menuliskan tulisan Yahudi untuk Nabi saw. dan membacakannya ketika mereka menulis surat kepada Nabi saw. (HR al-Bukhari).

Hadis ini menjadi dalil atas kebolehan berbicara dan menulis dengan selain bahasa Arab. Pada masa Sahabat banyak orang berbicara dengan selain bahasa Arab dan mereka tidak dipaksa untuk belajar bahasa Arab (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 40). Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa seorang hakim (penguasa) harus didampingi seorang penerjemah. Abu Jamrah berkata, “Aku telah menjadi penerjemah antara Ibnu Abbas dan masyarakat.” (Al-Asqalani, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri, 15/94).

Berdasarkan hal itu, maka Negara membolehkan penerbitan buku, surat kabar dan majalah dengan selain bahasa Arab. Bahkan dalam menerbitkannya tidak perlu menunggu izin dari Negara, karena itu termasuk perkara yang mubah. Negara juga membolehkan pembuatan program-progran tidak berbahasa Arab di televisi jika itu milik individu atau komunitas tertentu. Yang dilarang adalah jika ditayangkan di radio atau televisi milik pemerintah. Sebab, apapun yang berkaitan dengan negara, harus menggunakan bahasa Arab sebagai satu-satunya bahasa. Adapun yang terkait dengan individu rakyat dengan sesamanya, maka mereka dibolehkan menggunakan selain bahasa Arab dalam segala hal, kecuali jika ada sesuatu di antara sesuatu yang mubah ini, yang mengakibatkan bahaya, maka sesuatu itu saja yang dilarang, sementara yang lain tetap dalam kemubahannya (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 41).

Pandangan Ulama
Para ulama sangat peduli dan perhatian terhadap bahasa Arab. Sebab, mereka percaya bahwa bahasa Arab merupakan kekuatan yang mampu menjaga dan menyempurnakan pelaksanaan Islam hingga terwujud rahmatan lil ’alamin. Umar bin al-Khaththab ra. berkata:
تَعَلَّمُوْا اْلعَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا تَثْبُتُ اْلعَقْلَ وَتَزِيْدُ فِي الْمُرُوْءَةِ
Belajarlah bahasa Arab karena bahasa Arab itu memperkuat akal (kecerdasan) dan menambah keberanian.” (Al-Baihaqi, Syu’ab al-Imân, 2/256).

Imam Syafii berkata, “Allah SWT mewajibkan atas semua umat belajar bahasa Arab sebagai konsekuensi mereka yang diseru dengan al-Quran dan beribadah dengannya.” (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 38).

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ulama salaf tidak senang terjadi perubahan dalam syiar Arab, sekalipun itu dalam hal muamalah, yaitu berbicara dengan selain bahasa Arab kecuali ada keperluan. Seperti itulah pendapat Imam Malik, asy-Syafii dan Ahmad. Bahkan Imam Malik berkata, ’Siapa saja yang berbicara dengan selain bahasa Arab di dalam masjid kami, hendaklah pergi darinya.’ Padahal tidak ada larangan berbicara dengan selain bahasa Arab. Namun, itu ketika berbicara dengan selain bahasa Arab dibutuhkan, dan mereka tetap tidak menyukainya ketika tidak diperlukan. Hal itu dilakukan demi menjaga syiar Islam.” (Ibnu Taimiyah, Majmû’ al-Fatâwâ, 32/255).

Dengan adanya ketetapan UUD tentang kedudukan bahasa Arab, maka bahasa Arab sebagai kekuatan esensial yang tidak dapat dipisahkan dari Islam akan tetap menjadi sebuah kekuatan umat yang akan menghantarkannya meraih kemajuan dalam segala hal. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

Daftar Bacaan:
Abdullah, Muhammad Husain, Dirâsât fî al-Fikr al-Islâmi, (Beirut: Dar al-Bayariq), Cetakan I, 1990.
Abu Rasytah, Atha’ bin Khalil, Taysîr al-Wushûl ilâ al-Ushûl Dirâsât fi Ushûl al-Fiqh, (Beirut: Dar Al-Ummah), Cetakan II, 2000.
Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Kanani Ibu Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dar Al-Fikr), 1993.
Al-Baihaqi, Ahmad bin al-Husain bin Ali Abu Bakar, Syu’ab al-Imân, (Beirut: Dar Al-Fikr), tanpa tahun.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
Al-Jurjani, Asy-Syarif Ali bin Muhammad, Kitâb At-Ta’rîfât, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah), 1988.
An-Nabhani, Asy-Syaikh Taqiyuddin, Muqaddimah ad-Dustûr aw al-Asbâb al-Mûjibah Lahu, Jilid I, (Beirut: Darul Ummah), Cetakan II, 2009.
An-Nabhani, Asy-Syaikh Taqiyuddin, Mafâhîm Hizb at-Tahrîr, (Beirut: Darul Ummah), Cetakan VI, 2001.
Ibnu Taimiyah, Abdussalam bin Abdullah bin Ali, Majmû’ al-Fatâwâ, (Dar Alam al-Kutub), tanpa tahun.


http://kuliahpemikiran.wordpress.com/2010/08/02/

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More