This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selamat Datang Semoga Bermanfaat, Pengelola Web Akan Sangat Senang Bila Anda Berkenan Meninggalkan Jejak Berupa Koment Atas Postingan Kami

Selasa, 27 September 2011

Guyur Air Langsung ke Kepala Saat Mandi Berisiko Stroke?

Jakarta, Beredar peringatan agar saat mandi jangan langsung mengguyur air ke kepala karena bisa berisiko stroke. Ternyata menurut pakar saraf kemungkinan itu ada terutama pada orang-orang tertentu yakni saat udara terlalu dingin atau panas dan suhu tubuh sedang dalam kondisi sebaliknya.

Maka itu disarankan bila Anda sedang kepanasan atau kedinginan, sebaiknya hindari mengguyur air langsung ke kepala saat mandi. Pada orang-orang tertentu, mengguyur air langsung ke kepala dengan suhu yang berlawanan bisa menyebabkan stroke.

Semua titik dan suhu dalam tubuh manusia baik yang berada di dalam maupun di luar berpengaruh pada aktivitas otak. Otak berfungsi untuk memonitor tubuh agar berfungsi secara normal, maka sesuatu yang ganjil pada tubuh tentu sangat mempengaruhi otak.

"Jika seseorang yang tubuhnya sedang kepanasan lalu langsung diguyur kepalanya dengan air dingin, bisa menyebabkan saraf kaget atau bahkan stroke bila terjadi pada orang yang tidak sehat," jelas Prof dr Teguh Ranakusuma, SpS (K), dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Senin (26/9/2011).

Prof Teguh menyebutkan, perubahan suhu yang tiba-tiba bisa menyebabkan stroke bila terjadi pada tipe-tipe orang dengan penyakit tertentu, yaitu:


  1. Penyakit jantung
  2. Tekanan darah tinggi
  3. Gangguan pembuluh darah (kardiovaskuler)
  4. Gangguan darah

"Ini juga terjadi ketika tubuh yang kedinginan tiba-tiba diguyur air panas. Perubahan yang tiba-tiba ini yang menyebabkan stroke. Makanya kalau orang haji sering mengalami heat stroke (stroke karena kepanasan), karena belum terbiasa dengan suhu yang tiba-tiba panas," lanjut Prof Teguh.

Prof Teguh menjelaskan, tubuh manusia memiliki regulasi yang tinggi karena terdapat thermo regulator (pengatur suhu) di otak. Ketika suhu tubuh panas, maka otak akan memerintahkan pembuluh darah untuk melebar agar terjadi penguapan dan penurunan suhu. Sebaliknya, otak akan memerintahkan pembuluh darah menyusut bila tubuh kedinginan.

Bila pembuluh darah yang sedang melebar karena kepanasan tiba-tiba disiram air dingin, maka bisa menyebabkan pembuluh darah pecah. Jika hal tersebut terjadi di pembuluh darah otak, maka bisa menyebabkan stroke. Hal yang sama juga terjadi ketika pembuluh darah yang sedang menyusut diguyur dengan air panas.

Menurut Prof Teguh, kondisi ini juga sering terjadi pada orang yang suka mandi uap. Jika selesai mandi uap yang panas kemudian langsung masuk ruangan AC, maka orang tersebut bisa pingsan. Perubahan suhu yang tiba-tiba bisa membahayakan pembuluh darah.

"Jadi orang yang memiliki penyakit jantung, hipertensi, ada masalah dengan pembuluh darah atau isi darahnya sendiri, harus hati-hati dengan perubahan suhu yang tiba-tiba. Kalau mau mandi sebaiknya diusap-usap dulu, jangan langsung diguyur ke kepala jadi biar beradaptasi dulu. Kita harus sayang dengan tubuh kita karena Tuhan sudah memberi kita tubuh yang sempurna. Sakit itu yang ngasih bukan Tuhan tapi karena manusia itu sendiri yang kurang bisa merawat tubuhnya," tutup Prof Teguh.

Untuk menghindari risiko kepala kaget disarankan saat udara terlalu dingin atau panas dan suhu tubuh sedang dalam kondisi sebaliknya, maka saat mandi jangan langsung mengguyur air di kepala. Beri tubuh penyesuaian dulu seperti menyiram tangan lalu badan baru ke kepala.



http://www.detikhealth.com/read/2011/09/26/190454/1730890/766/Guyur-Air-Langsung-ke-Kepala-Saat-Mandi-Berisiko-Stroke?&uuid=C0BA2740C5CCF20CB6D99114317757DC

Minggu, 25 September 2011

Kenali Arti Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah

Kalender Hijriyah adalah perhitungan kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, dan hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Siklus penghitungan kalender ini juga berbeda dengan kalender lain, yakni berdasarkan perputaran bulan di bumi.

Pada tahun 638 M (17 H), Khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622 M. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriyah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.

Perhitungan sebuah hari tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut dan dimulainya peredaran bulan, sedangkan sistem Kalender Masehi sebuah hari dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat.

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender bulan (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun, sehingga bilangan hari dalam satu tahunnya adalah 12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari. Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah dimulai dari Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Tsani (Akhir), Jumadil Ula, Jumadil Tsani (Akhir), Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo’dah, Dzulhijjah.

Namun tahukah Anda mengapa diberinama demikian? dikutip dari website www.ummulqura.org.sa Senin (28/3/2011) berikut ini arti nama bulan hijriyyah

Muharram

Adalah bulan pertama pada kalender hijriyah, diberi nama Muharram karena bangsa Arab saat itu mengharamkan perang pada bulan ini.

Shafar

Penamaan bulan kedua dengan kata Shafar karena perkampungan Arab Shifr (kosong) dari penduduk, karena mereka keluar untuk perang. Ada juga yang mengatakan bahwa dinamakan dengan Shafar karena dulunya bangsa Arab memerangi berbagai kabilah sehingga kabilah yang mereka perangi menjadi Shifr (kosong) dari harta benda.

Rabiul Awwal

Penamaan bulan ketiga dengan nama Rabiuul awwal dilatarbelakangi karena bertepatan dengan musim semi yang terjadi di kawasan Arab saat itu.

Rabiul Tsani (Akhir)

Penamaan bulan keempat Rabiul Tsani dilatarbelakangi bangsa Arab saat itu mulai menggembalakan hewan ternak mereka, sementara rumput di padang gembalaan sudah mulai tumbuh agak meninggi dan besar setelah musim semi awal terjadi. Tsani juga dalam bahasa Arab bermakna dua atau kedua, jadi ini adalah musim semi kedua atau lanjutan.

Jumadil Ula

Penamaan bulan kelima dilatarbelakangi karena bertepatan dengan musim dingin, dimana air menjadi beku. Dan penambahan Ula ini juga menunjukkan musim pertama.

Jumadil Tsani

Penamaan bulan keenam ini tidak berbeda jauh dengan bulan kelima, karena sama-sama dilatarbelakangi dengan musim dingin, dimana air menjadi beku. Bedanya pada penambahan tsani yang bermakna kedua dan merupakan musim dingin lanjutan.

Rajab

Sejarah penamaan bulan ketujuh ini dilatarbelakangi karena bangsa Arab akan melepaskan tombak dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan. Jadi bulan ini seolah menjadi bulan untuk melakukan genjatan senjata dan menahan diri dari peperangan.

Sya’ban

Sejarah penamaan bulan kedelapan ini dilatarbelakangi karena bangsa Arab pada saat itu pergi berpencar ke berbagai tempat untuk mencari air. Bulan ini termasuk bulan yang sulit air dengan kemarau dan kekeringan yang panjang.

Ramadhan

Sejarah penamaan bulan kesembilan ini dilatarbelakangi karena bertepatan dengan musim panas. Di samping itu Ramadhan juga identik dengan perintah puasa, dimana di bulan muncul perintah puasa selama sebulan yang salah satu pesan yang diharapkan juga adalah membakar segala kesalahan dan kekhilafan. Pada gilirannya manusia akan keluar dari bulan ini dengan kondisi bersih layaknya bayi yang baru dilahirkan.

Syawwal

Sejarah penamaan bulan kesepuluh ini dilatarbelakangi pada saat itu unta betina kekurangan air susu. Makna syawwal juga adalah meningkat, yang bermakna bulan peningkatan derajat setelah menjalani puasa selama sebulan. Bulan ini juga punya nama lain yang populer sebagai Idul Fitri, yakni hari raya kembali ke fitrah juga merujuk usai melakukan ibadah puasa dan kembali pada fitrah manusia yang suci.

Dzulqaidah

Sejarah penamaan bulan kesebelas ini dilatarbelakangi karena bangsa Arab lebih banyak di rumah dan tidak berangkat untuk perang, karena bulan ini termasuk bulan haram yang tidak boleh melakukan perang. Ini merujuk pada anjuran Nabi SAW. kepada umat Islam.

Dzulhijjah

Sejarah penamaan bulan keduabelas ini dilatarbelakangi dengan pelaksanaan ibadah haji kepada seluruh umat Islam. Perintah yang wajib adalah sekali dalam seumur hidup, sementara yang kedua dan berikutnya bukan wajib, namun bernilai sunnah, begitu juga umrah di bulan lain. Bulan Dzulhijjah ini juga terkadang populer dengan nama bulan haji atau di luar daerah Arab, seperti Indonesia juga mengenal dengan bulan Qurban. Sebab bulan ini juga ada perayaan pelaksanaan penyembelihan hewan sebagai bentuk pengorbanan. (imm/imm)



http://www.today.co.id/read/2011/03/28/20637/kenali_arti_nama_bulan_dalam_kalender_hijriyah

My First Soup (The Unic One by Tempe Inside) ^_^

Ehem ehem,,,

Sahabat blogger, hari Minggu, rutinitas seperti biasa layaknya orang lain yaitu liburan, namun disini ada yang berbeda denganku dalam mengartikan liburan. Ingat pesan dari KH. Idris Jauhari semasa jadi santri, biasanya sebelum para santri pulang untuk berlibur, ada beberapa seremonial yang harus diikuti oleh para santri yakni pembekalan-pembekalan bagi para santri. Banyak sekali pesan yang terekam dalam benak ini, salah satunya adalah dalam mengartikan liburan, menurut beliau bahwa hakikat liburan ini adalah  العطلة هي إنتقال العمل من عمل إلي أعمال أخرى ,,, Hmm,,, ngerti ngga ya?? maksud dari perkataan tadi adalah bahwa liburan itu adalah perpindahan dari suatu aktivitas menuju berbagai aktifitas lainnya,,, kata (أعمال merupakan bentuk jamak dari kata عمل), berarti bila saat ini kita memiliki satu kesibukan maka dengan liburan kita akan memiliki dua, tiga atau bahkan empat aktifitas lain yang harus diselesaikan... 

lebih dalam beliau menjelaskan apa yang dimaksud tadi, bahwa aktivitas liburan santri merupakan perpindahan aktivitas dari kegiatan belajar dan pendidikan selama di pondok menjadi kegiatan dakwah pada keluarga dan masyarakat luas selama liburan... Sehingga para santri merupakan agen-agen Islam, dan kader pondok untuk memberikan pencerahan bagi masyarakat luas...


Nah, sekarang dimana letak perbedaan dalam mengartikan liburan dengan mayoritas orang?. Yup, menurut KBBIonline yang mengartikan liburan yang memiliki kata dasar libur (bebas dari bekerja atau masuk sekolah) dan liburan yang berarti vakansi sedangkan kata berlibur berarti pergi bersenang-senang. Oleh karena itu bukan hal yang aneh bila mayoritas orang menghabiskan waktunya untuk pergi berlibur menuju tempat pariwisata dalam artian bersenang-senang untuk melepaskan penat, stress dan beban fikiran lainnya setelah 6 hari dengan rutinitas pekerjaan. 


Berlibur dengan cara demikian memanglah terkadang membuat kita tergelincir pada perbuatan yang mengandung kegiatan pemborosan dan kesia-siaan... kitapun tahu bahwa boros dan sia-sia merupakan pekerjaan yang tidak sukai dalam Islam,... Bersenang-senang ditujukan oleh manusia untuk menghasilkan ketenangan dan kepuasan jiwa karena memang manusia terdiri dari jasmani dan ruhani, oleh karena itu ketenangan jiwa merupakan suatu yang harus dipenuhi. Untuk memenuhipun manusia harus menyesuaikan dengan aturan syara', apabila yang kita lakukan mengandung kesia-siaan dan pelanggaran syara' mengapa harus kita lakukan? Bukankah seluruh perbuatan kita haruslah mengharap ridlo Allah SWT?


Ketentraman jiwa, menghilangkan stress dan lain sebagainya tidaklah harus dipenuhi dengan cara menghamburkan uang, misalkan pergi ke tempat hiburan dengan membayar mahal, belum lagi disana terdapat pelanggaran-pelanggaran syariat... yang akan menjauhkan kita dari ridlo dan barokah Allah, emang mau??


Nah sahabat blogger, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi liburan dimana masih mengandung ibadah dan insya Allah berkah... misalnya, mengoptimalkan waktu liburan kita dengan berkumpul bersama keluarga meskipun dengan membersihkan rumah atau lingkugan rame-rame atau bahkan berkebun, atau bisa saja untuk menggunakan waktu liburan kita untuk pengembangan diri dengan belajar hal yang baru, misalnya belajar bahasa, mencoba resep masakan, atau terserah deh mau belajar skill apa aja, atau bahkan kita isi dengan bersosialisasi dengan para tetangga dimana setiap harinya masing-masing dari kita disibukkan dengan urusan pekerjaan masing-masing. Insya Allah dengan demikian aktivitas kitapun akan lebih bermanfaat dan sudah pasti berkah... Amienn...


Sahabat blogger, sesuai judul di atas, sebenarnya saya cuma ingin berbagi pengalaman pertama yang telah saya lewati tadi pagi, sebelum saya beraktivitas berat. Tadi pagi saya mencoba untuk memasak SOP yang rasanya maknyussss sambil beres-beres kamar dan bersih2 lingkungan,,, Memang sengaja bahan sopnya saya beli kemaren sore sekalian belanja kacang panjang dan tauge yang saya tumis pada malam harinya buat makan malam,,, Yang sebelumnya sempet konsultasi sama penjual sayurnya,,, ga usah malu lah untuk bertanya, lagian beliau langganan saya belanja keperluan dapur sehari-hari...


Sop ini terbilang unik karena menurut sepengetahuan saya biasanya setiap masakan sop itu pasti pake daging sapi atau ayam, seperti sop buntuk, sop iga, dan lain-lain... Masakan sop saya ini sebenarnya memakai bumbu sop seperti pada umumnya orang-orang memasak sop, namun secara tidak sengaja saya teringat bahwa saya masih punya persediaan tempe sehingga saya masukin aja potongan tempe berbentuk dadu kedalam sopnya... Shubhanalloh, ternyata rasanya benar-benar maknyus,,, dan saya rasa ini adalah masakan yang paling enak saat itu "karena emang ngga ada masakan lain kali yaahh" heee...


Tapi emang jujur, sop masakan saya pagi itu meskipun sop pertama yang saya masak emang benar-benar enak. selain enak, ternyata banyak manfaat lain yang bisa kita dapatkan, selain kepuasan jiwa karena kita berhasil melakukan sebuah tantangan baru, minimal kita bisa berempati bagaimana rasanya ibu, kakak atau istri kita memasak tiap harinya untuk kita... Mungkin bagi sahabat blogger yang biasa membeli makanan untuk makan setiap harinya, harus lah mencoba sekali-kali memasak sendiri agar kita bisa merasakan masakan hasil tangang sendiri, ga peduli cewe ataupun cowo...


Namun sahabat blogger, seenak apapun masakan saya pagi itu saya merasa ada hal yang kurang, yang pasti bukan kurang garam tau bumbu, karena saya merasakan itu sendiri hanya ditemani karyawan tanpa ada keluarga menemani, sehingga semuanya itu tidaklah lengkap,,, Kejadian itu sering kali saya rasakan, biasanya adek-adek angkatan juga sering nagih minta buka bareng di rumah untuk minta dimasakin... Saya membayangkan seandainya pagi itu atau saat itu saya memasak di tengah-tengah keluarga akan ada berbagai reaksi, mungkin ada yang bilang enak, ngga enak atau entah reaksi apakah itu yang keluar dari mereka, yah memang sih bila di rumah saya tidak pernah memasak untuk keluarga,,, Namun bolehlah sesekali kita memasakkan untuk keluarga kecil kita, memberikan kejutan-kejutan kecil pasti seru banget ya... Insya allah berpahala, Insya Allah suatu saat akan terjadi,,, I Believe, I Sure will be come true... Amien,,,


Sahabat blogger, mungkin sampai disini aja sharingnya, sengaja tidak saya sertakan resep sopnya karena memang sop ini memakai bumbu seperti pada umumnya namun perbedannya terletak pada tempe,,, Bila Anda penasaran, silahkan aja coba... Selamat berkreasi,,, keep positive for your activity...

Sabtu, 24 September 2011

Anjuran Menikah di Bulan Syawal

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menciptakan makhluk-Nya secara berpasang-pasangan, di antaranya manusia. Lalu menjadikan nikah sebagai sarana resmi dan syar'i untuk menjalin hubungan keduanya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang telah menikah, menganjurkannya, dan terus menyemangati umatnya untuk memperbanyak keturunan. semoga juga shalawat dan salam dicurahkan kepada keluarga dan para sahabatnya.

Ibnul Mandzur berkata, "Syawal adalah salah satu nama bulan yang sudah ma'ruf, yakni nama bulan setelah bulan Ramadhan, dan merupakan awal dari bulan-bulan haji." Ada juga yang berpendapat, jika dikatakan Tasywiil Labnil Ibil (syawwalnya susu onta), berarti susu onta yang tinggal sedikit atau berkurang. Begitu juga onta yang berada dalam keadaan panas dan kehausan. Dari sini bangsa Arab berkeyakinan, bakal sial apabila melangsungkan akad pernikahan pada bulan ini. Mereka berkata, “Wanita yang hendak dikawini itu akan menolak lelaki yang ingin mengawininya seperti onta betina yang menolak onta jantan jika sudah dibuahi/bunting dan mengangkat ekornya.”

Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membatalkan anggapan sial mereka tersebut dengan menikahi istri tercintanya, 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha pada bulan ini. Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawwal dan berkumpul denganku pada bulan Syawwal, maka siapa di antara isteri-isteri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim no. 2551, Al-Tirmidzi no. 1013, Al-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137 –dinukil dari Maktabah Syamilah-)

Maka yang menyebabkan orang Arab pada zaman jahiliyah dulu menganggap sial menikah pada bulan syawwal adalah keyakinan mereka bahwa wanita akan menolak suaminya seperti penolakan onta betina yang mengangkat ekornya setelah dibuahi/bunting. Yang pada intinya, mereka menganggap ada kesialan pada bulan ini untuk digunakan menikah dan melarangnya. Padahal sesungguhnya, keyakinan atau anggapan ini adalah anggapan yang tak berdasar dan tidak dibenarkan oleh syariat maupun akal akal sehat.

Anggapan sial menikah pada bulan Syawal merupakan perkara batil. Karena secara umum, merasa sial termasuk thiyarah yang telah dilarang oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melalui sabdanya,
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ
"Tidak ada penyakit menular dan tidak ada ramalan nasib sial." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya)

Dan dalam hadits yang lain sangat tegas menjelaskan larangan thiyarah(ramalan merasa sial), ia termasuk syirik. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
“Ramalan nasib adalah syirik, ramalan nasib adalah syitik (sebanyak tiga kali).” (HR. Abu Dawud no. 3411, Ibnu Majah no. 3528, Ahmad no. 3978, dan al-Hakim no. 42. Al-Hakim mengatakan, hadits yang shahih sanadnya, para perawinya terpercaya namun keduanya (al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya. Hadits ini disepakati al-Dzahabi dalam talkhisnya)

Imam Ibnu Katsir berkata, "Berkumpulnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha pada bulan Syawal menjadi bantahan akan keraguan sebagian orang yang membenci untuk menikah/berkumpul (dengan pasangannya) di antara dua hari raya, takut/khawatir keduanya akan bercerai. Dan ini tidak ada kaitannya." (al-Bidayah wa al-Nihayah: 3/253)

Tujuan 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyampaikan hadits di atas, -beliau dinikahi dan digauli oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada bulan Syawal-, sebagai bantahan tradisi bangsa jahiliyah dan keyakinan orang awam pada saat ini yang tidak suka menikah, menikahkan, dan berkumpul pada bulan syawal. Ini merupakan keyakinan batil yang tak berdasar. Bahkan, termasuk warisan jahiliyah. Dimana mereka meramal kesialan menikah pada bulan tersebut karena nama Syawwaal berasal dari kata al-Isyalah wa al-raf'u (mengangkat : onta betina yang mengangkat ekornya karena tidak mau dikawin). (Lihat Syarh Muslim atas hadits di atas, no. 2551)

Dalam hadits di atas juga terdapat satu anjuran untuk menikah, menikahkan anak wanitanya, dan melakukan malam pertama pada bulan syawal. Alasanya, disamping ada usaha ittiba' pada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menikah dan menggauli istri tercintanya pada bulan tersebut, juga sebagai bantahan dan penolakan akan keyakinan batil jahiliyah yang sudah pernah berjalan bertahun-tahun. Imam Nawawi rahimahullah dalam menjelaskan hadits Aisyah di atas berkata, "pada hadits hadits itu terdapat anjuran menikahkan, menikah (wanita) dan berkumpul/menggauli pada bulan Syawwal dan shahabat-shahabat kami juga menyebutkan sunnahnya hal itu dan mereka berdalil dengan hadits ini."

Urwah –salah seorang perawi hadits 'Aisyah di atas-, mengatakan,
وَكَانَتْ عَائِشَة تَسْتَحِبّ أَنْ تُدْخِل نِسَاءَهَا فِي شَوَّال
"Adalah Aisyah menyukai jika suami mulai menggauli istrinya (melakukan malam pertama) di bulan Syawal." (HR. Muslim)
. . . Membenci untuk menikah, menikahkan, dan malam pertama di bulan syawal karena takut dan khawatir sial/celaka berdasarkan mitos dan keyakinan tertentu termasuk syirik. . .
Kesimpulan
Larangan merasa sial dan akan bernasib buruk saat menikah di bulan Syawal karena mitos yang berkembang. Larangan ini juga berlaku pada bulan selainnya. Takut dan merasa akan sial jika menikah pada bulan tertentu seperti bulan Shafar, Muharram, dan lainnya dengan dasar keyakinan yang tersebar di masyarakat, disebut dengan thiyarah/tathayyur. Sedangkan tathayyur adalah termasuk syirik, dosa besar kepada Allah Ta'ala.

Larangan membenci melangsungkan pernikahan karena keyakinan batil semacam di atas, juga berlaku pada tahun tertetu, seperti takut celaka dua saudara menikah kalau tahun yang sama. Atau takut menikah pada hari-hari tertentu berdasarkan ramalan weton, tanggal lahir, dan semisalnya. Semua ini juga termasuk tathayyur yang wajib diingkari karena termasuk perbuatan syirik. Sementara syariat, tidak pernah melarang niat baik ini, menikah pada waktu-waktu tertentu selain saat ihram haji atau umrah.

Sementara dianjurkannya menikah pada bulan Syawal oleh sebagian ulama didasarkan pada pernikahan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan melam pertama beliau bersama 'Aisyah. Di sana ada nilai ittiba' yang diharapkan keberkahannya. Juga sebagai pendobrak atas keyakinan jahiliyah yang berkembang pada masa tersebut.

Pada masyarakat kita, bulan yang dianggap sial untuk menikah adalah bulan Muharram (Oleh orang Jawa dikenal dengan: suro). Maka jika melangsungkan pernikahan pada bulan tersebut dengan niatan untuk mendobrak khurafat, mitos dan keyakinan batil ini; Insya Allah termasuk suatu kebaikan. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam/voa-khilafah.co.cc]

Oleh: Badrul Tamam

Kalo bulan Rabi'uts Tsani ato Jumadil Ula gimana yaa?? Berdasar pada tulisan ini intinya semua bulan adalah baik, asalkan dengan niat meraih ridlo Allah...
http://voa-khilafah.blogspot.com/2011/09/anjuran-menikah-pada-bulan-syawal.html

Kekerabatan Suku Banjar

Jumat, 23 September 2011

Kisah Dua Sahabat

Alkisah, di sebuah perguruan beladiri yang terletak di atas bukit, ada dua orang murid yang bersahabat. Biarpun tinggal di bukit yang berbeda, yang dibatasi oleh sebuah anak sungai, tapi jadwal rutin mereka sama. Setiap hari, keduanya bertemu pada saat mengambil air di sungai untuk keperluan minum dan hidup mereka.

Pada suatu hari dan beberapa hari kemudian, murid yang lebih muda mulai merasa khawatir karena dia tidak bertemu dengan sahabatnya saat mengambil air.

"Duh, jangan-jangan temanku sakit atau terjadi kecelakaan! Atau mungkin bahkan dia telah pergi dari sini tanpa pamit?" batinnya penuh rasa gelisah.

Dengan penasaran dan niat untuk membantu kalau-kalau sahabatnya itu sakit atau celaka, si pemuda mendatangi bukit sebelah untuk mencari tahu jawabannya. Tiba di sana, dia melihat sahabatnya sedang berlatih beladiri dan pernafasan. Dia tampak sehat dan tidak kurang suatu apapun.

"Hai Kak, sudah beberapa hari ini saya tidak melihat kakak mengambil air. Saya sangat khawatir kalau kakak sakit atau kecelakaan. Syukurlah kalau sehat-sehat saja. Tetapi kenapa kakak tidak lagi mengambil air? Bukankah air minum dan keperluan sehari-hari masih diperlukan?" ujar si murid muda penasaran.

"Terima kasih, Dik. Kamu lihat sendiri, kakak sehat-shat saja. Mari sini, kakak tunjukkan!"

Sambil berjalan, murid yang lebih tua ini melanjutkan," Bukannya kakak tidak butuh air lagi, tetapi selama setahun ini, kakak telah bekerja keras di sela-sela waktu istirahat atau bila pekerjaan bisa kakak selesaikan lebih cepat. Kakak menggali tanah mencari sumber air! Kakak yakin, di sekitar sini pasti terdapat banyak sumber mata air dan jika kita mau mencari dan menggali, pasti akan mendapatkan sumber air. Ternyata usaha dan keyakinan kakak tidak sia-sia."
 
 
"Nah, sekarang kakak bisa berlatih dengan lebih giat dan mengerjakan hal-hal yang lebih bermanfaat serta lebih menyenangkan dibandingkan dengan kegiatanmengambil air yang setiap hari telah kita lakukan," jelas murid yang jauh lebih tua itu dengan senang.

Netter yang Bijaksana,
 
Murid yang lebih tua menggambarkan sosok manusia yang memiliki kesadaran lebih tinggi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan menyenangkan. Dia sadar, bahwa masa depan harus dipersiapkan dari saat ini. Dia juga bersedia menempuh risiko, karena ia percaya pada "harapan" bahwa yang akan dicapainya adalah sesuatu yang lebih besar dan berarti.

Dengan manajemen waktu yang baik dan sikap siap berjuang dan berkorban, niscaya keberhasilan dapat kita raih.

Salam sukses luar biasa!!!


http://www.andriewongso.com/artikel/aw_artikel/4270/Kisah_Dua_Sahabat/#.TmnJjnReGfU.twitter

Kamis, 22 September 2011

4 Dimensi Kunci dalam Psychological Capital

taichi-re.jpgKetika kita dihadapkan pada tantangan yang kian menggunung (baik tantangan dalam arena pekerjaan di kantor ataupun dalam kehidupan personal), rajutan sikap semacam apa yang kita bentangkan? Ketika derap problema kehidupan selalu mengendap di setiap sisi perjalanan, apa yang kita senandungkan untuk memeluknya dengan penuh harapan?

Adakah cobaan demi cobaan yang terus datang menggedor itu kita hadapi dengan penuh deru kegigihan? Adakah kita bisa selalu bangkit, dan bangkit lagi setiap kali terpeleset di tikungan jalan kehidupan? Adakah kita masih bisa menghela semangat ketekunan bahkan ketika jalan masih terasa begitu jauh dan penuh dengan pendakian yang amat terjal?

Para ahli psikologi menyebutkan sikap semacam itu sebagai level of resiliency. Atau sejenis kegigihan dan keuletan yang menggumpal. Melalui sejumlah riset empirik yang melibatkan ribuan respoden, resiliency muncul sebagai salah satu dimensi paling utama untuk mereguk kesuksesan dalam arena kehidupan (baik kehidupan profesional ataupun personal).

Itulah salah satu bahasan yang diuraikan dalam buku menarik bertajuk Psychological Capital : Developing the Human Competitive Edge yang ditulis oleh Fred Luthans dan kawan-kawan (beberapa waktu lalu Pak Fred yang pakar manajemen SDM kelas dunia ini diundang ke Jakarta untuk membedah bukunya yang memikat itu).

Psychological capital sendiri dapat diartikan sebagai modal psikologis atau semacam modal sikap dan perilaku yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan. Melalui beragam penelitian psikologis dan eskperimen saintifik, buku ini mencoba menelisik modal psikologis apa saja yang memiliki peran signifikan dalam membingkai kesuksesan.

psy-cap-re.jpgDisini para penulis buku tersebut menunjuk empat dimensi yang terbukti secara empirik (dan saintifik) memberikan pengaruh besar dalam kesuksesan.
Seperti telah disebutkan diatas, dimensi pertama yang sangat penting adalah resiliency. Atau kecakapan untuk terus merekahkan ikhtiar bahkan ketika orang itu dihadapkan pada cobaan ataupun kegagalan. Atau sejenis kemampuan untuk terus bertahan bahkan ketika dihadapkan pada tekanan atau tantangan yang terus datang menghadang.

Sembari bertahan, mereka terus menganyam siasat untuk bisa keluar dari tekanan itu. Mereka juga kemudian terus melakukan serangkaian tindakan untuk meringkus tantangan, dan kemudian menggulungnya dalam sekeping solusi yang bisa dijalankan.

Dimensi kedua yang juga memegang peran penting adalah self-efficacy. Atau sejenis sikap percaya akan kemampuan diri. Sebuah keyakinan bahwa ketika kita dihadapkan pada tugas dan tantangan, kita percaya pasti bisa menuntaskan tugas itu. Betapapun berat dan kompleks-nya tugas dan pekerjaan itu.
Orang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung menyukai tantangan dan “set high goals for themselves; and even they self-select into difficult tasks”. Ketika dihadapkan pada bentangan tugas yang challenging, mereka percaya dengan kompetensi dirinya, dan yakin bisa mengelola beragam sumber daya untuk menaklukan beragam tantangan itu.

Dimensi ketiga yang disebut dalam buku itu adalah HOPE. Dimensi itu tidak hanya melulu merujuk pada sebuah harapan positif akan masa depan yang lebih baik. Namun yang lebih penting, dimensi hope ini juga mengindikasinya adanya kecakapan untuk merajut jalan (pathways) agar masa depan yang lebih baik itu bisa tergenggam erat-erat. Dengan demikian, dimensi hope merupakan gabungan antara harapan, dan sekaligus rajutan jalan yang konkrit untuk mewujudkan harapan itu menjadi kenyataan.

Sebab kita tahu, harapan indah yang menari-nari segera akan meruap menjadi fatamorgana kalau ia tidak segera dibarengi dengan “pathway” yang jelas dan konkrit untuk menapakinya.

Dimensi yang terakhir adalah optimism. Seperti yang pernah dibahas disini, optimisme adalah sejenis keyakinan bahwa kita pasti akan mendapatkan hasil positif dalam setiap tugas dan pekerjaan yang kita lakoni. Ketika dihadapkan pada peristiwa negatif yang menghadang, orang optimis selalu melihat kejadian itu sebagai sesuatu yang hanya sementara (temporer) dan bersifat spesifik (artinya tidak akan berlaku di situasi lainnya).
Dengan cara pandang semacam itu, orang optimis selalu akan melihat “setback” dan “kegagalan” dengan kacamata “positif”. Artinya mereka tidak akan melulu meratapi kegagalan itu dengan sembilu yang berkepanjangan. Mereka tidak terjebak pada masa silam (past setback); dan hanya terus melangkahkan kaki ke depan dengan keyakinan positif.

Itulah empat dimensi utama pembentuk modal psikologis (psychological capital) yang solid. Resiliency. Self-Efficacy. Hope. Optimism. Kita berharap empat dimensi ini bisa terus menempel dan menjejak dalam relung sanubari kita yang paling dalam.

 http://strategimanajemen.net/2010/08/23/4-dimensi-kunci-dalam-psychological-capital/#more-846


hmmm,,, jadi pengen punya bukunya,,,

Senin, 19 September 2011

Doa Untuk Memperoleh Ridho Allah

Seorang Muslim senantiasa mengharapkan Ridho Allah dalam setiap sepak terjang aktifitasnya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan memperoleh Ridho Allah sajalah hidupnya menjadi lurus, terarah dan benar. Seorang Muslim yang mengejar Ridho Allah berarti menjadi seorang beriman yang ikhlas. Orang yang ikhlas dalam ber’amal merupakan orang yang tidak bakal sanggup diganggu apalagi dikalahkan oleh syetan. Allah menjamin hal ini berdasarkan firmanNya dimana dedengkot syetan saja, yakni Iblis, mengakui ketidak-berdayaannya menyesatkan hamba-hamba Allah yang mukhlis.

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS Al-Hijr ayat 39-40)

Orang-orang yang telah menjadikan Ridho Allah semata sebagai tujuan hidupnya tidak mungkin dapat disimpangkan dari jalan yang benar.  Mereka tidak mempan di-iming-imingi dengan kenikmatan apapun di dunia ini. Sebab mereka sangat yakin bahwa kenikmatan jannah (surga) yang Allah janjikan bagi mereka tidak bisa disetarakan apalagi dikalahkan oleh kenikmatan duniawi bagaimanapun bentuknya. Harta, tahta maupun wanita tidak mungkin mereka dahulukan daripada kenikmatan ukhrawi surgawi yang Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sendiri gambarkan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّه
 أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ
وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: Allah berfirman: “Aku telah sediakan untuk hamab-hambaKu yang sholeh apa-apa yang tidak pernah mata memandangnya, dan tidak pernah telinga mendengarnya dan tidak pernah terbersit di dalam hati manusia.” ( HR Bukhary)

Hamba-hamba Allah yang mukhlis kebal terhadap berbagai ancaman manusia berupa siksa dan penderitaan duniawi apapun, karena bagi mereka tidak ada yang lebih menakutkan daripada ancaman Allah berupa siksa dan penderitaan hakiki di dalam neraka akhirat kelak. Mereka memiliki sikap seperti sikap para tukang sihir Fir’aun yang semula loyal kepada penguasa zalim tersebut, namun setelah menyaksikan betapa unggulnya kekuatan Allah lewat performa NabiNya Musa, maka akhirnya mereka bertaubat. Mereka selanjutnya meninggalkan (baca: baro’ alias berlepas diri dari) Fir’aun dan tidak menghiraukan ancamannya bagaimanapun bentuknya:

قَالَ آَمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آَذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُونَ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ قَالُوا لَا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ

”Fir`aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman". (QS Asy-Syuara ayat 49-51)

Orang-orang yang sibuk menggapai Ridho Allah semata dalam hidupnya sangat meyakini bahwa hanya Allah sajalah yang patut di jadikan prioritas utama kecintaan, kepatuhan dan rasa takut. Mereka berusaha untuk selalu mendahulukan Allah dalam setiap gerak-gerik hidupnya. Mereka sangat benci menyekutukan atau menduakan apalagi men-tigakan Allah, Rabbul’aalamiin. Sebab mereka sangat yakin bahwa Allah sajalah Raja di langit dan Raja di bumi. Sehingga dalam menyerahkan kecintaan, kepatuhan atau rasa takut kepada selain Allah mereka tidak akan pernah mau menyetarakan apalagi mendahulukan selain Allah. Sikap mereka kepada para pemimpin dan pembesar dunia adalah sikap yang sangat proporsional. Mereka hanya mau mentaati pemimpin yang senantiasa mengajak kepada meraih Ridho Allah juga. Namun bila pemimpin yang ada malah mengalihkan mereka dari mengejar Ridho Allah, maka bagi orang-orang mukhlis Ridho Allah jauh lebih utama didahulukan.

Kaum mukhlisin hanya meyakini bahwa jalan hidup yang sepatutnya dilalui hanyalah jalan hidup yang mendatangkan keridhoan Allah. Sedangkan Allah telah menegaskan bahwa hanya Islam-lah jalan hidup atau dien yang diridhaiNya.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
”Sesungguhnya dien atau agama atau jalan hidup (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat 19)

Sedemikian yakinnya kaum mukhlisin akan kebenaran pernyataan Allah di atas, sehingga di dalam hati mereka tidak tersisa lagi cadangan kepercayaan akan jalan hidup lainnya. Sebab semua jalan hidup lainnya bukan dari Allah yang mereka senantiasa kejar keridhaanNya. Jalan hidup lainnya hanyalah jalan hidup palsu bikinan manusia yang seringkali dihiasi dengan nafsu dan sikap zalim serta keterbatasan ilmu alias jahil atau bodoh. Orang-orang mukhlis tidak lagi menyisakan di dalam diri mereka kepercayaan akan Liberalisme, Pluralisme, Sekularisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunsime, Humanisme, Hedonisme apalagi Demokrasi. Semua jalan hidup itu bagi mereka tidak menjamin akan mendatangkan keridhoan Alllah. Padahal mereka sudah sangat yakin bahwa hidup tanpa keridhoan Allah adalah kehidupan yang merugi dan penuh ke-sia-siaan.

Kaum mukhlisin hanya meyakini bahwa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan satu-satunya teladan dan prototype sempurna yang wajib diteladani segenap sepakterjang perjuangannya. Bilamana menempuh jalan uswah tersebut berakibat kepada munculnya kehidupan yang penuh kesulitan dan jalan mendaki, maka mereka dengan rela hati akan menempuhnya. Bila karena meneladani Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mereka harus mengalami pengucilan dan stigma negatif dari kebanyakan manusia, maka mereka dengan sabar terus menempuhnya. Tidak sedikitpun rayuan dan iming-iming maupun ancaman dan black campaign fihak musuh dapat menyimpangkan mereka dari jalan hidup teladan utama ini. Karena kaum mukhlisin sangat yakin bahwa menegakkan sunnah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam merupakan satu-satunya jalan untuk meraih keridhoan Allah.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
 لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam  itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab ayat 21)

Sedangkan meninggalkan sunnah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam hanya akan mengantarkan mereka kepada kesenangan sementara dunia namun mengakibatkan penderitaan abadi dan hakiki di dalam kehidupan akhirat kelak nanti. Apalah artinya ”seolah berjaya” sebentar di dunia untuk kemudian merugi dan menyesal selamanya di akhirat. Lebih baik bersabar sebentar di dunia untuk menikmati kesenangan dan kebahagiaan sejati lagi abadi di kampung halaman jannatun-na’iim.

Maka para pemburu Ridho Allah setiap hari senantiasa memperbaharui komitmen mereka dengan mengikrarkan di dalam dirinya kalimat “Aku ridha Allah sebagai Rabb dan Al-Islam sebagai dien (jalan hidup) dan Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagai Nabi”. Pengulangan ikrar harian ini menjadi sangat penting sebab ia merupakan salah satu jalan untuk memastikan bahwa Ridho Allah menyertai mereka ketika sudah berjumpa Allah di hari Kiamat atau hari Berbangkit. Demikianlah anjuran Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummatnya sebagaimana diterangkan di bawah ini: 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Bersabda Rasulullah saw: “Tidak ada seorang Muslim yang membaca di pagi hari dan di sore hari sebanyak tiga kali “Aku ridha Allah sebagai Rabb dan Al-Islam sebagai dien (jalan hidup) dan Muhammad sebagai Nabi”, kecuali Allah pasti meridhainya pada hari Kiamat.” (HR Ahmad)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ إِنْسَانٍ أَوْ عَبْدٍ يَقُولُ
حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا
 إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Bersabda Rasulullah saw: “Tidak ada seorang Muslim atau seorang manusia atau hamba yang membaca di sore hari dan di pagi hari: “Aku ridha Allah sebagai Rabb dan Al-Islam sebagai dien (jalan hidup) dan Muhammad sebagai Nabi”, kecuali Allah pasti meridhainya pada hari Kiamat.” (HR Ibnu Majah)

http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-untuk-memperoleh-ridho-allah.htm

Minggu, 18 September 2011

7 Wonderful Qualities of a Leader

Oxford Advanced Learner's Dictionary, New 8th edition (2010), defines leader as a person who leads a group of people, especially the head of a country, an organization, etc.

To be a wonderful leader, one should possess combinations of some of the following qualities:

1) Leaders Have Good Communication Skills
Leaders are good communicators. They leave no doubt about the meaning of their message. That's what Stan Toler (2002) wrote in his book "Minute Motivators for Leaders". He added that communication process is not complete until the audience has both listened and understood the delivered message.

Bob Adams (2001) in his book "The Everything Leadership Book" said that effective communication skills are integral to any working partnership / team or personal relationship. Therefore, according to him, it is safe to say that good communication skills are one of the building blocks of being an effective leader.

2) Leaders Are People with Courage
Courage is largely habit and self-confidence. It is a valuable commodity on the battlefield or in the board room. Alan Axelrod (1999) mentioned this in his book "Patton on Leadership". According to him, General George S. Patton, Jr., one of the most decorated American heroes during World War II, believed that courage could be learned – acquired through practice.

According to Marshall Loeb and Stephen Kindel (1999) in their book "Leadership for Dummies", leaders learn how to suck up their courage, trust their instincts, and move ahead into the unknown, even when they're just as scared as their followers.

3) Leaders Pay Attention to Details
During World War II, in commanding the U.S. Third Army, General Patton understood that wet socks lead to trenchfoot and other conditions that keep a man from marching, wrote Axelrod (1999). Socks are a small and lowly item, but Patton realized that on dry socks (and healthy feet), the efficiency of his army depended.
On the other hand, lack of attention to details can result in tragedy. According to Seth Godin (1995) in his book "Wisdom, Inc.", the space shuttle Challenger exploded because a fifteen-cent rubber part did not function in unusually cold weather. Several brilliant scientists (and astronauts) were killed because this one tiny detail was overlooked.

Napoleon Hill (1937) in his book "Think and Grow Rich" mentioned about the mastery of detail, which was one of the 11 important factors of leadership. According to him, successful leadership calls for mastery of the details of the leader's position.

4) Leaders are Problem Solvers
"You can measure a leader by the problems he tackles. He always looks for ones his own size", wrote by John C. Maxwell (1999) in his book "The 21 Indispensable Qualities of a Leader".

Every workplace will have some conflict, no matter how great the leadership team may be. Leaders need to identify conflict as early as possible and determine what kind of conflict is involved and its underlying causes. These remarks were written by Bob Adams (2001) in his book "The Everything Leadership Book".

5) Leaders Build Relationships
Building relationships based on trust was one of the topics covered by Ian Lawson (2001) in his book "Leadership". According to him, there are seven key behaviours / attributes in this area:
  • Not putting self-interest before the interests of your staff,
  • Keeping promises and doing what you say you will do,
  • Being in touch with and sensitive to other people's feelings,
  • Being calm in a crisis and when under pressure,
  • Being honest and truthful,
  • Not taking personal credit for other people's work, and
  • Always being fair.
6) The Leader as Team-Builder
Ismail Noor (2002) wrote his book "Prophet Muhammad's Leadership" that the Prophet Muhammad s.a.w. is acknowledged as an exemplary team leader who knew how to get the best out of his principal lieutenants by understanding the true value of the human resource factor.

According to him, effective team-working stems from people complementing, rather than, rivalling, each other or merely co-existing alongside one another.

The leading members of the Majlis Syura or the Consultative Council during the time of the Prophet's governance were Abu Bakar As-Siddiq, Umar Al-Khattab, Uthman Al-Affan, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Thabit Al-Ansari, Abd. Rahman bin 'Auf, Salmaan Al-Farsi, and 'Ubayy bin Ka'b.

7) The Leader as Visionary
In her book "Leadership Skills for Managers", Marlene Caroselli (2001) stated that for leaders to effect positive change, they must have a picture of what the improvement will look like. That improvement, on a small or grand scale, is called a vision.

According to Ros Jay (2004), vision is the ability to develop the future strategy of the business. In her book "The Successful Candidate", she wrote: "vision implies that not only can you see ahead and respond well in advance, but that you can also be pro-active, setting the trend yourself and setting how the business will look in several years' time.

"Wonderful leaders are comparable to eagles. They fly higher but not in flocks, like most birds".


Inspired from http://www.iluvislam.com/gaya-hidup/kepimpinan/1387-7-wonderful-qualities-of-a-leader.html

Jumat, 16 September 2011

Tak Ada Alasan Berputus Asa

 

Tak ada alasan bagi seorang muslim untuk berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang kafir.

"Wahai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”.
QS. Yusuf (12) : 87

Keep Fight 
Give the best for dakwah
Do the best for dream
Dream, believe and make it happend...

Don't ever give up,,,
Semangaaaaat...
Go go go...
^_^
.

Kamis, 15 September 2011

10 Wasiat Imam Hasan Al-Banna (Pendiri Ikhwanul Muslimin) & 11 Nasehat Syaikh An-Nabhani (Pendiri Hizbut Tahrir)

Imam Syahid Hasan Al-Banna merupakan seorang ulama Islam yang memiliki pengaruh besar di Abad ini. Beliau adalah pendiri dari salah satu harakah Islam Ikhwanul Muslimin. Ada 10 wasiat Hasan Al-Banna yang terkenal dikalangan aktivisi maupun simpatisan Ikhwanul Muslimin. Wejangan Imam Syahid yang sepuluh ini bersifat sederhana dan mudah dihafal. Layaknya seperti kiat-kiat aktifitas rutin harian yang setiap saat harus dihayati dan dilaksanakan oleh setiap anggota Jamaah Ikhwanul Muslimun. 10 Wasiat Imam Syahid adalah sebagai berikut ;

  1. Bangunlah segera untuk melaksanakan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaanmu.
  2. Baca, telaah, dan dengarlah Al-Qur-an, berdzikirlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan janganlah engkau senang menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada faedahnya
  3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa dan berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
  4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang percakapan karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
  5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (berdzikir) adalah tenang dan tenteram.
  6. Jangan suka bergurau, karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh- sungguh terus menerus.
  7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal itu akan mengganggu dan menyakiti.
  8. Jauhilah ghibah (menggunjing) atau menyakiti hati orang lain dalam bentuk apa pun dan janganlah berbicara kecuali yang baik.
  9. Berkenalanlah dengan saudaramu yang engkau temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan taawun (kerjasama).
  10. Pekerjaan rumah (PR) kita sebenarnya lebih bertumpuk daripada waktu yang tersedia, maka tolonglah saudaramu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai keperluan maka sederhanakan dan cepatlah diselesaikan.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah seorang âlim allâmah (berilmu dan sangat luas keilmuannya). seorang mujtahid mutlak abad ini. Beliau adalah pendiri Hizbut Tahrir. Nama lengkapnya adalah Syaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mushthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani. Nasab beliau bernisbat kepada kabilah Bani Nabhan, salah satu kabilah Arab Baduwi di Palestina yang mendiami kampung Ijzim, distrik Shafad, termasuk wilayah kota Hayfa di Utara Palestina.

Beliau memberikan 11 nasehat Kepada Pengemban Dakwah agar selalu istiqomah dan istimror di jalan dakwah ini :

  1. Ketahuilah, kaum muslim tidak pernah mundur dari posisinya sebagai pemimpin dunia selama berpegang teguh kepada agamanya.
  2. Patut diperhatikan dengan seksama bahwa usaha mengemban qiyadah fikriyah Islam adalah dalam rangka membangkitkan kaum muslim.
  3. Dalam mengembangkan dakwah Islam hendaknya kita berpegang kepada satu prinsip, yaitu menyebarluaskannya sebagai qiyadah fikriyah bagi seluruh dunia.
  4. Mengemban dakwah saat ini hendaknya dikembangkan dengan metode yang sama dengan masa sebelumnya, yakni dengan menjadikan metode dakwah rasul sebagai suri teladan.
  5. Mengemban dakwah membutuhkan sikap terus terang dan keberanian, kekuatan dan pemikiran.
  6. Mengemban dakwah Islam harus meletakkan kedaulatan secara mutlak hanya untuk mabda’ Islam.
  7. Mengemban dakwah Islam hendaknya dilakukan secara serius. Seorang pengemban dakwah tidak akan mengambil jalan kompromi.
  8. Mengemban dakwah mengharuskan setiap langkah memiliki tujuan dan mengharuskan pengemban dakwah senantiasa memperhatikan tujuan itu.
  9. Pengemban dakwah hendaknya mengemban dakwah Islam dengan menyajikan peraturan-peraturan yang dapat memecahkan problematika manusia.
  10. Ketahulah dan pahamilah: pengemban dakwah tidak akan mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya tanpa menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah kepada jalan kesempurnaan, selalu mengkaji dan mencari kebenaran.
  11. Para pengemban dakwah harus menunaikan kewajibannya sebagai sesuatu yang dibebankan Allah dipundak mereka. Hendaknya mereka melakukannya dengan gembira dan mengharapkan ridha Allah.
Semoga nasehat dan wasiat kedua Imam ini semakin membakar ghirah juang kita agar khilafah segera tegak dengan ijinNya. Sebagaimana Imam Hasan Al-Banna berkata ”Mengembalikan eksistensi Daulah Islam kepada umat Islam dengan membebaskan negaranya, menghidupkan keagungannya, mendekatkan peradabannya, menghimpun kalimatnya hingga semua itu mengantarkan kembalinya Khilafah Islamiyah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan. dan juga perkataan dari Syaikh Taqiyudin an nabhani bahwa Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh dunia. Definisi inilah yang telah dirumuskan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani (w. 1398 H/1977 M) dalam kitab-kitabnya, misalnya kitab Al-Khilafah (hal. 1), kitab Muqaddimah Ad-Dustur (bab Khilafah) hal. 128, dan kitab Asy-Syakshiyyah Al-Islamiyah, Juz II hal. 9

By : Adi Victoria

http://adivictoria1924.wordpress.com/2010/02/14/10-wasiat-imam-hasan-al-banna-pendiri-ikhwanul-muslimin-11-nasehat-syaikh-taqiyuddin-an-nabhani-pendiri-hizbut-tahrir/

dimuat dalam
http://merindupelangi.wordpress.com/2010/02/15/10-wasiat-imam-hasan-al-banna-pendiri-ikhwanul-muslimin-11-nasehat-syaikh-an-nabhani-pendiri-hizbut-tahrir/

Syaikh Taqiyudin An-Nabhani Bukan Deflektor dari Gerakan Ikhwan

Assalamu’alaikum wr wb

Menarik sekali pembahasan dari tulisan yang berjudul “Bangkitnya Kembali Kelompok Islam Tunisia Setelah Ben Ali Jatuh” yang menggambarkan kebangkitan beberapa komponen gerakan Islam di Tunisia.

Namun, ada bagian kalimat yang sedikit mengganggu menurut penulis yakni kalimat “Partai Pembebasan Islam (Hizbut Tahrir) didirikan di Yerusalem pada tahun 1953 oleh Syaikh Taqiuddin al-Nabhani, seorang deflektor dari Ikhwanul Muslimin. Partai ini mulai mendapatkan tempat di Tunisia pada tahun 1973 dan berhasil menarik beberapa perwira militer, yang menyebabkan pemerintah menuduh mereka mempersiapkan sebuah kudeta militer.

Dikarenakan situs eramuslim adalah situs yang paling tinggi ratting diantara situs Islam yang lain dalam soal pengunjung setiap harinya, maka sangat penting bagi saya untuk meluruskan sedikit terkait soal syaikh taqiyudin yang dikatakan pernah menjadi bagian dari gerakan ikhwanul muslimin yang didirikan oleh as-Syahid Imam Hasan al-Bana. Agar para pembaca setiap eramuslim termasuk saya sendiri memiliki pengetahuan yang benar akan kaitannya syaikh Taqiyudin an-Nabhani (Pendiri Hizbut Tahrir) dengan Imam Hasan al-Bana (pendiri Ikhwanul Muslimin).

Dr. Abdul Aziz Al Khayyath, seorang tokoh Ikhwanul Muslimin di era 40-an –yang kemudian bergabung bersama Hizbut Tahrir menyatakan bahwa setelah kembali dari Al Azhar Syekh Taqiyuddin beliau aktif melakukan dialog (ittishal) dengan masyarakat. Dialog-dialog tersebut dilakukan dengan sejumlah tokoh-tokoh dan pemuda di wilayah Palestina seperti Namr Mishr dan Daud Hamdan dan Dr. Abd. Aziz sendiri.

Di samping itu beliau juga giat melakukan kunjungan ke berbagai negeri-negeri Arab untuk menghubungi para tokoh-tokoh dan ulama-ulama Islam untuk menyampaikan gagasannya untuk membangkitkan kembali ummat Islam. Proses tersebut dilakukan sebelum ia menjadi anggota di Mahkamah Isti’naf (Pengadilan Tinggi) Palestina sekitar tahun 1946.

An Nabhany sendiri –baik sebelum dan setelah mendirikan Hizbut Tahrir– cukup aktif melakukan dialog dengan sejumlah tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Abd. Aziz menyatakan bahwa tema pembicaran beliau dengan An Nabhany berkisar pada upaya untuk mewujudkan cara-cara baru untuk menerapkan dan mengembalikan Islam ke tampuk pemerintahan.

Setelah mendapat pencerahan pemikiran dari An Nabhani, Syekh Abd. Aziz –yang pada waktu itu menjadi penanggungjawab tawanan Ikhwanul Muslimin di wilayah Palestina, Suriah, Lebanon dan Yordan tersebut—kemudian menerbitkan majalah yang bernama Al Waie Aljadid bersama dua orang tokoh Ikhwanul Muslimin yakni Abd. Razak Khalifah dan dan Sayyid Kurkur (hal. 16).

Dr. Abd. Aziz kemudian semakin intens melakukan dialog dengan An nabhany termasuk mengenai upaya untuk melakukan reformasi gerakan, uslub, tujuan dan pandangan gerakan Ikhwanul Muslimin. Dengan hal tersebut Abd. Aziz berharap tidak diperlukan lagi pembentukan partai politik baru untuk kembali menerapkan Islam ke tampuk pemerintahan sehingga upaya orang-orang yang berjuang untuk kembali menerapkan Islam tidak berserakan.
Menurut Abd. Aziz usaha tersebut nyaris berhasil jika saja ia tidak dihalangi oleh Dr. Said Ramadlan yang merupakan tokoh panutan IM pada masa itu. Setelah upaya untuk membenahi Ikhwanul Muslimin termasuk menyuguhkan pemikiran-pemikiran dan pandangan-pandangan baru mengalami kebuntuan, Dr. Abd. Aziz kemudian bersama-sama An Nabhany mendirikan Hizbut Tahrir.

Beliau juga mengaskan bahwa Syaikh Taqiyuddin tidak pernah menjadi bagian dari Ikhwanul Muslimin. Auni judu’ sendiri juga menampik hal tersebut. Alasannya An Nabhany merupakan sosok yang alim yang memiliki sejumlah tulisan-tulisan yang berserakan diberbagai media di tahun 40-an.

Andaikata ia menjadi bagian dari Ikhwanul Muslimin maka barang tentu sedikit banyak akan ditemukan gambaran pemikiran-pemikiran beliau yang bersinggunan dengan Ikhwanul Muslimin. Sejumlah terbitan Ikhwanul Muslimin pada masa itu juga tidak ada yang dapat membuktikan hal tersebut.

Syaikh Taqiyuddin beserta orang-orang yang bergabung dengan HT kemudian semakin intens melakukan dialog-dialog dan interaksi pemikiran dengan berbagai tokoh gerakan, ulama, dan masyarakat secara umum termasuk dari kalangan aktivis Ikhwanul Muslimin.

Tidak heran jika sebagian anggota Ikhwanul Muslimin termasuk sejumlah tokohnya kemudian bergabung dengan Hizbut Tahrir seperti Sayyid Namir Al Mishr, Syekh Ahmad Daur, dan Sayyid Ghanim Abduh (hal. 126). Meski demikian Dr. Abd. Aziz menegaskan bahwa tidak benar jika seluruh atau sebagian besar anggota awal Hizbut Tahrir berasal dari Ikhwanul Muslimin.

Pada masa itu menurut Syekh Abd. Aziz hubungan antara Hizbut Tahrir dengan Ikhwanul Muslimin sempat mengalami kebekuan akibat adanya diskriminasi sebagian anggota Ikhwanul Muslimin kepada anggota HT yang sebelumnya berasal dari IM seperti yang dialami oleh Almarhum Abu Hisyam yang mengalami intimidasi sebanyak dua kali. Syekh Taqiyuddin sendiri temasuk Dr. Abd. Aziz banyak mendapatakan tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Salah satunya adalah tuduhan bahwa Syekh Taqiyuddin menerima sumbangan dana dari salah seorang diplomat AS senilai 80. 000 dollar.

Meski demikian Syaikh Taqiyuddin sendiri masih sering diundang oleh para anggota Ikhwanul Muslimin untuk menyampaikan pemikiran-pemikirannya yang selanjutnya menarik minat sebagian mereka untuk bergabung ke Hizbut Tahrir (hal. 80). Bahkan pada masa Hasana Al Banna sekalipun, An Nabhany banyak menghadiri daurah-daurah yang diadakan oleh Ikhwanul Muslimin untuk menyampaikan gagasan-gagasannya (hal. 126).
Syaikh Taqiyuddin sendiri sebelum mendirikan Hizbut Tahrir sempat bertemu secara langsung dengan Hasan Al Banna diakhir tahun 40-an di Kairo. Upaya dialog untuk mencari persamaan dengan Ikhwanul Muslimin sebenarnya telah dilakukan oleh beliau sebelum mendirikan Hizbut Tahrir. Meski hal tersebut mendapatkan penolakan dari beberapa pihak dari Ikhwanul Muslimin.

Bahkan Dr.Said Ramadlan sebagaimana yang dituturkan oleh Dr. Abd. Aziz, melakukan sejumlah distorsi terhadap gambaran aktivitas Islam yang dilakukan oleh An Nabhani termasuk berbagai perjalanan yang dilakukan oleh An Nabhany dan rekan-rekannya ke sejumlah negara Arab khususnya di Yordania untuk menyebarkan gagasan-gagasannya. Bahkan DR. Said membekukan majalah Al Waie Al jadid yang dikeluarkan oleh Dr. Abd. Aziz bersama rekan-rekannya dari Ikhwanul Muslimin.

Sikap An Nabhani terhadap Al Banna

Dalam sebuah wawancara dengan Syaikh Ahmad Daur –salah seorang tokoh senior Hizbut Tahrir, ia mengatakan bahwa sama sekali tidak ada hubungan organisasi antara An Nabhany dengan Ikhwanul Muslimin, meskipun beliau pernah bertemu dengan Hasan Al Banna yang pada masa itu menjadi Mursyid Aam (pimpinan tertinggi—red) Ikhwanul Muslimin. Terhadap Al Banna, An Nabhaniy pernah berujar: “Syekh Al Banna merupakan orang yang alim, cerdas, sungguh-sungguh dan seorang mujtahid (hal. 83).

Salah seorang sumber sebagaimana yang dikutip oleh Al Judu’ mengatakan bahwa sepanjang interaksinya dengan An Nabhany di Lebanon, ia tidak pernah mendengarkan beliau mencela organisasi-organisasi kaum muslimin. Bahkan terhadap Ikhwanul Muslimin sendiri Syaikh Taqiyuddin pernah berkomentar: “Ikhwanul Muslimin merupakan jamaah Islam yang teguh dan tidak ada yang kurang padanya kecuali kajian tentang politik Islam (hal.83).

Sikap Hizbut Tahrir sendiri terhadap gerakan-gerakan Islam lainnya setidaknya tercermin dari pernyataan Amin Nayaf , salah seorang tokoh Hizbut Tahrir –ketika beliau memberikan jawaban atas tuduhan terhadap beliau yang telah menyebarkan pemikiran Mu’tazilah: “Janganlah kalian mencoba untuk mencari permusuhan atau mengarah pada permusuhan terhadap gerakan-gerakan Islam lainnya. Kita harus waspada terhadap pihak-pihak yang mencoba untuk memecah-belah gerakan-gerakan Islam. Kepada merekalah seharusnya serangan itu dilancarkan.

Demikian pula harus ada dialog-dialog yang intensif dengan aktivis gerakan-gerakan Islam untuk melakukan diskusi dengan cara yang penuh hikmah, nasihat yang baik (mauidzah hasanah), dan debat yang baik dimana nash-nash syara dan hukum-hukum syara’ dijadikan sebagai dasar seluruh tindakan dan ucapan.
Disamping itu harus dijauhi sikap-sikap pelecehan, penghinaan, serangan atau pembodohan (terhadap gerakan-gerakan Islam lainnya). Kami (aktivis Hizbut Tahrir—pen.) hanya berdiskusi dengan menggunakan dalil untuk mencapai kebenaran dan hukum yang shahih tanpa ada rasa permusuhan sedikit pun (hal. 81).
Referensi tulisan ini didasarkan pada sebuah buku yang ditulis seorang peneliti ‘Auniy Al Judu’ Al ‘Abidy dengan judul: Hizbut Tahrir Al Islamy (1992) yang dipublikasan di situs www.alokab.com.

Wallahu A’lam bis-showab

Adi Victoria
Al_ikhwan1924@yahoo.com
http://adivictoria1924.wordpress.com/2010/05/01/benarkah-syaikh-taqiyuddin-taqiyuddin-an-nabhany-pernah-menjadi-anggota-ikhwanul-muslimin/

Tanggapan Redaksi

Wa'alaikumsalam wr wb

Jazakallah atas masukan dan tanggapannya...kami hanya menerjemahkan apa yang tertulis
dari situs yang kami pakai sebagai rujukan berita tersebut.

Dan seperti yang telah antum paparkan panjang lebar, kami memutuskan untuk
menghapus beberapa kalimat yang 'mengganggu' itu.

Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih atas masukan dan kritikannya.
wassalam

(http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/syaikh-taqiyudin-an-nabhani-bukan-deflektor-dari-gerakan-ikhwanul-muslimin.htm)

Selasa, 13 September 2011

Ar-Ra'du 18-24

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...


Ar-Ra'du, surah ke-13 yang diturunkan di Makkah ini merupakan salah satu surah yang sangat bagus isi kandungannya, surah yang diawali dengan pengungkapan Allah bahwa hanya Allah lah yang maha kuasa atas segala sesuatu dan mengingatkan kepada manusia akan kuasa dan kehendaknya atas segala makhluk,,,

Memang bacaan pagi ini sudah sampai pada ayah ke-42, namun kembali mengingat bacaan sebelumnya tiba-tiba teringat dalam benak Saya bahwa tadi malam saya membaca ayat yang sangat bagus khususnya mulai ayat 18 hingga 24... Ayat ini berisikan perihal balasan orang-orang yang memenuhi seruan Allah dalam hidupnya dan orang-orang yang sabar seerta selalu mengharap keridloan Allah dalam setiap amal perbuatannya serta balasan bagi yang sebaliknya... Berikut Saya tuliskan potongan Surat tersebut, agar kita, keluarga kita dan semu orangyang kita cinta dan sayangi menjadi orang-orang yang selalu merindukan dan dirindukan Syurga... Amien...

Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya terdapat pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan-Nya, sekiranya mereka mempunyai semua yang ada di bumi dan sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (QS. ar-Ra‟du 13:18)

Adakah orang yang mengetahui bahwasannya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta. Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS. ar-Ra‟du 13:19)

Orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian (QS. ar-Ra‟du 13:20)


Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. ar-Ra‟du 13:21)

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik. (QS. ar-Ra‟du 13:22)


Surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (QS. ar-Ra‟du 13:23)

“Salamun 'alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. ar-Ra‟du 13:24)

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah RA dan Dakwah Pasca Nikah


#1 – Kematangan yang Memesona


Khadijah dan Aisyah, Kedua perempuan terhormat itu bergantian mengisi kehidupan Rasulullah pada dua fase kenabian yang berbeda. Tapi cinta Rasulullah pada keduanya berbeda. Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.

Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi hingga beliau berkata, “siapa lagi yang dapat menggantikan Khadijah?”, sepeniggal istrinya wafat. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.

Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Inilah gabungan pesona-pesona yang kemudian melahirkan syahwat. Sebagaimana Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”

Itulah pesona kematangan. Pernikahan dan rumah tangga yang memesona merupakan perpaduan dari dua atau lebih kepribadian yang juga memesona. Dan pesona itu sejati, bukan dari katampanan, kecantikan, atau kekayaan semata, tetapi dari kematangan kepribadian. Kepribadian yang matang itu kuat tapi meneduhkan. Di sinilah seseorang dapat mengatakan, “rumahku surgaku”. Ketika sedang berada di dalamnya, ia menjadi sumber energi untuk berkarya di luar. Ketika berada di luarnya, selalu ada kerinduan untuk kembali.

#2 – Cinta yang Menumbuhkan

Aisyah bukan hanya seorang istri Rasul, tapi juga merupakan bintang di langit sejarah. Salah satu credit point terbesarnya adalah banyaknya jumlah hadits yang beliau hafal dari Rasulullah dan kepahamannya tentang fiqih sehingga menjadi rujukan utama bagi sahabat Rasul yang lain. Itu hanya salah satunya disamping luasnya lautan kepribadian beliau sebagai Ummul Mukminin yang menjadi rujukan kepribadian muslimah.
Aisyah merupakan buah karya sang suami: Nabi Muhammad SAW. Inilah tantangan para suami yang mencintai istrinya dengan sejati, menumbuhkan istri yang dicintainya sehingga menjadi lebih baik secara berkesinambungan.

Pekerjaan menumbuhkan ini sulit karena menuntut pemahaman yang baik tentang kebutuhan orang yang akan dikembangkan. Dan seringkali orang tersebut tidak menyadari apa yang dia butuhkan. Seorang istri, misalnya menginginkan lebih banyak perhiasan, belum tentu apa dia minta adalah apa yang sebenarnya dia butuhkan. Usaha menumbuhkan tanpa memahami biasanya hanya akan melahirkan pemaksaan kehendak. Tentunya bukan ini cara yang bijaksana. Cara yang bijak adalah dengan menginspirasi.

Suatu ketika, tuntutan istri-istrinya adalah untuk mendapatkan lebih banyak perhiasan dunia. Tapi mungkin kebutuhan akan pemaknaan lebih dalam terhadap misi besar kerasulan (dimana mereka merupakan bagian dari “tim” kehidupan Rasul) lebih mereka butuhkan. Maka dengarlah jawabannya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab 28-29)

Dalam perspektif yang lain, hanya dengan cara menumbuhkan secara berkesinambunganlah hubungan percintaan itu bisa bertahan. Akan sulit mempertahankan hubungan tersebut jika orang-orang di dalamnya stagnan. Tidak berkembang dari hari ke hari. Karena jiwa ini bisa bosan.

#3 – Romantika yang Merawat Jiwa

Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.

Kenapa kisah-kisah itu ada? Karena jiwa butuh perawatan, dan begitulah caranya ia dirawat. Kemesraan, senyuman yang tulus, pujian, hadiah, ucapan selamat, perhatian, semuanya merupakan alat untuk merawat jiwa. Itulah yang akan menjadi pelumas bagi mesin rumah tangga sehingga dapat tetap kuat menempuh perjalanannya yang lebih jauh, menyelesaikan misi besarnya, misi peradaban.

#4 – Misi yang Lebih Besar

Istri-istri nabi masuk ke dalam kehidupan Rasul untuk mengisi suatu peran yang harus dijalankannya. Mereka menjadi bagian dari ‘tim’ yang menjalankan misi kerasulan. Nampaknya pengisi peran-peran utama tersebut adalah Khadijah dan Aisyah. Khadijah hadir selama 25 tahun mendukung Rasulullah dalam membangun basis sosial Islam di Mekkah yang berat. Lalu Aisyah yang selama 10 tahun mendampingi dalam misi pembangunan konstitusi Negara Madinah yang rumit. Dan istri-istri beliau yang lainnya ikut mengisi peran-peran lainnya di sekitar kedua poros itu.

Keluarga Rasul merupakan keluarga dengan misi yang berat dan besar: misi kerasulan. Karena tim tersebut ditugaskan menangani masalah besar, maka masalah-masalah kecil seharusnya tidak boleh mengganggu kinerja mereka. Karena kaidahnya sederhana: siapa yang tidak disibukkan dengan perkara besar, maka akan disibukkan dengan perkara kecil, begitu sebaliknya. Banyak kisah dalam rumah tangga Rasul yang menjelaskan hal ini.

Pernah suatu ketika istri-istri beliau menuntut tambahan perhiasan dunia. Ini bukan sesuatu yang salah. Tetapi kemudian Rasulullah mendiamkan mereka selama satu bulan. Karena tim ini harus sudah berada “di atas” masalah kecil seperti itu. Masalah seperti itu sudah “tidak level” untuk diributkan.

Cerita yang lain adalah ketika Rasul sedang berada di tempat Aisyah. Di sana juga sedang ada Saudah, istri Rasul yang lain. Aisyah memberika kue yang dibuatnya kepada Saudah. Tetapi Saudah mengatakan bahwa kue tersebut tidak enak. Aisyah kesal lalu menimpuk Saudah dengan kue tersebut, lalu Saudah membalasnya. Jadilah mereka balas-balasan menimpuk dengan kue. Apa yang dilakukan Rasulullah? Ternyata beliau hanya menonton sambil tertawa.

Begitulah, tidak semua masalah harus dipikirkan dan diselesaikan. Karena beberapa masalah, termasuk pertengkaran seperti itu, akan selesai sendiri. Karena masalah itu tidak mengancam hal yang asasi: misi kerasulan. Tentunya setelah semua elemen menyadari betul apa misi besar mereka. Beberapa masalah hanya merupakan bumbu penyedap dan dinamisator perjalanan bahtera rumah tangga yang panjang.

#5 – Fitnah yang Mengancam

Pasukan muslimin sudah jauh meninggalkan Aisyah menuju Madinah. Aisyah tertinggal rombongan. Ia berharap mereka akan menyadari bahwa beliau tertinggal dan kembali lagi. Tapi ternyata tidak. Ia kemudian pasrah kepada Allah. Beruntung, datanglah seorang sahabat laki-laki yang menemukan beliau. Akhirnya Aisyah pulang dengan menunggani unta sementara si sahabat lak-laki berjalan di depan.

Tetapi di Madinah suasana tidak setenang biasanya. Ada kabar bahwa Aisyah berselingkuh. Berita ini menyebar. Orang-orang menjadi ragu. Aisyah yang sampai di Madinah tidak tahu akan berita itu sampai dua bulan kemudian. Tapi Aisyah dapat merasakan perbedaan sikap Rasulullah yang mendingin terhadap dirinya. Ia jatuh sakit. Keadaan baru menjadi “clear” setelah turun wahyu yang menyatakan Aisyah bersih tak bersalah.

Inilah pelajaran berharga bagi umat Islam tentang besarnya bahaya fitnah. Karena itulah kita (dan keluarga kita) tidak hanya diperintahkan untuk menjauhi maksiat, tetapi juga menjauhi fitnah. Karena fitnah ini besar bahayanya, bukan hanya mengancam pribadi sang da’i, melainkan juga stabilitas da’wah yang diembannya.
Wallahu a’lam bishowab.

Referensi:

Serial Cinta, karya Anis Matta
Rumah Tangga Rasulullah, karya Hamid Al-Husaini

Shubhanalloh,,,


Thanks to >> http://aditya87.wordpress.com/2008/09/15/pernikahan-nabi-muhammad-saw-dengan-aisyah-ra-dan-dakwah-pasca-nikah/

Minggu, 11 September 2011

I Still Was Strong, Thanks For You...

Alhamdulillah mentari hari ini, Ahad, 11 September 2011 / 12 Syawwal 1432 diperkenankan Allah menjadi saksi bahwa hingga saat ini Aku masih tegar dalam langkah yang telah lama ku tapak... Semuanya berkat kasih sayang dan pertolongan Allah SWT,,,

Dalam masa kesekian, memang Allah belum memberikan hasil, dalam langkah kesekian Allah belum mengizinkan langkah ini sampai, entah pada langkah keberapa asa itu akan terjawab... Aku akan terus mengayunkan kakiku, berlari ataupun terbata... 


Memang belum tiba masa itu, namun satu hal yang ku syukuri yaitu Allah masih meberiku kesempatan untuk terus bertahan dalam langkah ini... Allah menganugerahiku keteguhan hati meraih mimpi itu,,, Seteguh karang memecah ombak,,, Keteguhan hati akan terus ku bingkai dengan keteguhan iman pada-Nya...

Bukan tanpa alasan mengapa saat ini aku masih di sini bersama asa ini, ibadah kepada Allah adalah alasan, bakti orang tua adalah alasan dan engkaulah alasan itu... Dan akan tetap sama, sampai nanti, saat yang tak ku ketahui dan seperti apa nanti... Cukuplah semua itu menjadi alasan bagiku,,,

Memang tidak ada yang tahu kapan, selaku seorang manusia yang dikaruniai akal, kita hanya bisa memprediksi dan mengingini, dan Allahlah maha penentu segalanya... because I just have a DREAM, and I BELIEVE it, and I will MAKE it happen... Yah, let me make it happen,,, Yaa Allah Yaa Mujiibassaailiin, istajib du'aanaa... yassir lanaa umuuronaa,,, Aamiieenn,,,


Sedikit menoleh pada masa lalu, masa dimana penuh haru dan biru,,, masa itulah yang membuatku tersadar bahwa hidup memanglah tak semudah yang dibayangkan bahkan tak semudah yang membalikkan telapak tangan, semua perlu perjuangan,,, masa itu membuatku sadar bahwa jalan hidup tak selamanya lurus, tersadar akan satu hal untuk terus tegap melangkah kedepan karena jalan masih panjang dan ku yakin satu hal bahwa Allah akan terus bermurah hati menemaniku saat ku pilu dan menguatkanku saat ku sendu... yang ku tahu hanya itu, Allah tak kan membiarkanku terpuruk...

Sedikit menoleh pada masa itu, dan merenungi saat ini, tak ada yang bisa disia-siakan banyak sekali hikmah dibalik semuanya, hingga akhirnya ku paham satu hal bahwa inilah yang terbaik untukku saat ini,,, Shubhanalloh walhamdulillah,,, Allah memiliki cara lain untuk membuatku semakin teguh melangkah maju, Allah memiliki cara lain agar semakin teguh imanku,,, Shubhanalloh,,, lagi-lagi Allah menampakkan kuasanya,,, hingga akhirnya semakin menambah keyakinanku akan masa itu... I will do my best for my best... 


Ini Tentang Bintang dan Ibuku
Sebuah keanehan dengan kepulanganku tempo lalu, entah mengapa seolah Ibuku telah banyak mengenal bintang,,, padahal Aku tak banyak berkisah tentang bintang, ku hanya bisa bercerita sedikit tentang awan mendung dan sedikit lagi tentang bintang karena memang sepertinya sang awan belum juga terberai menjadi hujan... Apakah itu yang disebut dengan naluri seorang Ibu? Bahkan sempat beliau menasehati adik dengan membandingkan dengan bintang, dari segi berpakaian dan perilaku,,, Aku hanya bisa diam dalam keheranan dan komentar seadanya...

Dalam sebuah obrolan kecil tentang masa depan, akhirnya obrolan itu menjurus tentang bintang dan akhirnya ibuku berandai dan berujar "Mudah-mudahan nanti waktu ibu mengunjungiku saat wisuda, Ibu dan ayah bisa bertemu dengan awan dan meminta agar segera mengizinkan bintang menemani rembulan menerangi bumi"... Amien,,, "sebelum wisuda juga ga papa kok ma" dalam gumamku... -_-


Tentang bintang? I don't know more,,, pasca mudik, belum pernah kulihat bintang, pasti dan "kayanya" masih seperti biasa dengan rutinitas kerjaannya,,, yasarollohu lahaa umuurohaa... Amien,,,

deram, believe and make it happen... i believe i can,,, i believe will be happen... amien...


sabar, tenang, tulus, ihlas dan tawakkal,,, Allah Qoodir,,, 


Begitu banyak pelajaran ku dapat dari semua ini,,, Andai aku berhenti, entah akan seperti apa hidup ini, andai aku berhenti ku tak tahu apakah hidup ini akan berarti... Terimakasih Rabb, terimakasih Ibu, terimakasih Bintang,,,

Tetap optimis, tetap tersenyum, tetap bergerak maju... Bismillah... insya Allah jalan semakin terang... Believe it,,, 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More